Sabtu, 23 Maret 2019

Pilar-Pilar Gemar Rapi (bag.2)

Minggu ini materi lanjutan dari keempat pilar sebelumnya. Berikut pilar-pilar gemar rapi bagian 2:
5. Menyesuaikan kondisi individu
6. RASA sebagai prinsip
7. Memenuhi standar safety dan hygiene
4. Tidak mencemari lingkungan

Pilar ke 5 yaitu menyesuaikan kondisi individu. Setiap orang berbeda, pemikiran, prioritas, dan karakternya berbeda. Oleh sebab itu jangan selalu melihat dan membandingkan diri dengan orang lain. Begitu pun dalam hal berbenah, harus menyesuaikan kondisi individu. Maka dari itu perlu kita ketahui masing-masing karakter anggota keluarga.

Setelah melalui diskusi dan pengamatan dengan pasangan, berikut masing-masing karakter kami:

Karakter berbenah saya:
*Menunda/lupa mengembalikan barang pada tempatnya
*Berbenah sesuai suasana hati. Ketika sedang ingin berbenah jadi rajin sekali, tapi kadang berbenah seadanya saja atau bahkan membiarkan.
*Selalu memikirkan/merasa ada saja yang perlu dibenahi di rumah. Oleh karena itu sering menjadi inisiator dan sering meminta bantuan pasangan dalam berbenah.
*Bisa melakukan beberapa pekerja dalam waktu bersamaan termasuk berbenah. Sambil merapikan rumah, mencuci baju di mesin, sambil menyapu + mengepel dsb.

Karakter berbenah suami:
*Menunda/lupa mengembalikan barang pada tempatnya.
*Barang yang sudah digunakan sendiri langsung dibersihkan/dibenahi.
*Bukan inisiator dalam berbenah rumah, tapi sangat bisa dimintai tolong, mau membantu dan meluangkan waktu khusus untuk berbenah.
*Cenderung tak acuh terhadap barang yang bukan miliknya. Untuk barang anak, suami mau membenahi tapi untuk barang pasangan biasanya tidak mau menyentuh/dibiarkan saja untuk mengindari ketidaknyamanan (misalnya karena sudah dibenahi suami, saya bingung barang saya ada dimana)
*Care terhadap kebersihan dapur, karena sebelumnya pernah bekerja di bagian dapur.

Karakter berbenah anak:
Masih dalam tahap belajar dan pembiasaan untuk bertanggung jawab terhadap barangnya.
Beberapa hari ini sudah membiasakan diri menyimpan piring kotor smdi wastafel setelah makan dan mau merapikan mainannya kembali.

# # #    # # #   # # #

RASA adalah metode Gemar Rapi yang berupa singkatan dari:

1. Rapi dan teratur.
Menurut saya yaitu semua barang punya tempat, tertata dengan baik, tidak berantakan atau tertumpuk, mudah ditemukan, dan dikembalikan setelah digunakan.

2. Aman dan nyaman
Bagi saya yaitu rumah yang membuat semua anggota keluarga bebas bergerak dengan aman dan nyaman.
Lantai yang kesat, tidak ada barang pecah belah yang terpajang, barang-barang mudah diambil tanpa beresiko membahayakan seperti kejatuhan benda berat, sudut-sudut rumah bebas dieksplorasi anak tanpa takut terkena benda berbahaya, tidak ada benda tajam yang mudah dijangkau anak, rak buku dan mainan anak yang mudah dijangkau sehingga anak mudah mengambil dan mengembalikan tanpa perlu dipanjat.

3. Sehat dan bersih
Rumah yang sehat dan bersih bagi saya adalah rumah yang tidak banyak debunya, yang bisa berefek pada kesehatan keluarga, apalagi saya alergi terhadap debu. Sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik, tidak pengap dan tidak berjamur.

4. Alami dan berkelanjutan
Yaitu makan makanan sehat dan alami,  membiasakan menerapkan hidup minim sampah dengan berusaha memilah sampah dengan baik, membuat lubang biopori, ada kebun mini untuk belajar menanam dan regrow bahan makanan sendiri.

Ada sebuah istilah hygge yaitu perasaan menenangkan dan menyenangkan.
Dalam hal ini maknanya bagi kami yaitu rumah yang 'hangat', ketika berada di rumah pikiran tenang, tempat melepas penat, kebutuhan akan kenyamanan semua anggota keluarga terpenuhi..dan rumah terasa 'hidup' dengan cengkrama bersama keluarga.
Jadi bagi saya rumah yang hygge yaitu rumah yang tertata rapi, teratur, aman untuk semua anggota keluarga, nyaman karena bersih dan sehat dengan sirkulasi, pencahayaan yang baik serta lingkungan yang alami.

# # #    # # #   # # #
Kondisi rumah kami saat ini:
* Rumah tanpa sekat agar anak bebas bergerak
* Langit-langit tinggi sehingga tidak pengap
* Pencahayaan dan sirkulasi udara sangat baik karena banyak jendela lebar dengan bukaan yang memudahkan lebih banyak udara bebas keluar masuk
* Ada taman dan kebun mini tapi belum tertata
* Barang-barang yang tajam dan pecah belah ditempatkan di tempat yang tidak mudah terjangkau anak
* Rak buku dan mainan anak disesuai dengan tinggi anak sehingga mudah diakses
* Stop kontak masih dibiarkan tanpa penutup tapi anak sudah tau itu berbahaya.
* Cairan pembersih masih diletakkan di bawah tapi agak tersembunyi

Keadaan rumah kami saat ini cukup baik dan aman, namun ada beberapa yang harus dibenahi lagi agar lebih safety. Sedangkan untuk hygiene sepertinya belum sepenuhnya karena kamar mandi meskipun tiap hari disikat agar tidak licin tapi masih dibersihkan seadanya, tembok yang masih lembab dan merembes kalau hujan deras, dan lantai maupun dapur yang tidak setiap saat kinclong.

# # #   # # #   # # #
Kami saat ini berupaya untuk mengurangi pemakaian plastik dengan belanja mingguan ke pasar membawa wadah sendiri, selalu membawa bekal dan minum sendiri, membuat lubang biopori untuk sampah organik, membiasakan anak untuk membuang sampah pada tempatnya dan jika tidak menemukan tempat sampah maka dikantongi atau dimasukkan ke dalam tasnya.
Saat ini saya juga mempersiapkan cloth diaper untuk bayi saya ketika lahir nanti insya Allah..agar tidak perlu menggunakan popok sekali pakai yang mencemari lingkungan.

Share:
Continue Reading →

Jumat, 15 Maret 2019

Pilar-Pilar Gemar Rapi (bag.1)

Tugas pertama belajar berbenah dengan metode Gemar Rapi saya tuliskan  disini membahas tentang clutter dan motivasi berbenah.
Nah..lanjut kali ini tugas 2 tentang pilar-pilar Gemar Rapi.

Gemar Rapi, kata Gemar berarti suka sekali akan. Gemar Rapi berarti suka sekali akan kerapian (Rapi= baik, teratur, bersih, apik, tertib, serba beres, menyenangkan, siap sedia, siaga, sebagaimana mestinya, tidak asal saja).

Jadi metode Gemar Rapi ini tidak hanya sekedar metode berbenah biasa, namun metode berbenah yang holistic (menyeluruh).

Untuk mendukung metode Gemar Rapi, ada 8 pilar yang menunjang. Di Materi kedua, kita membahas 4 pilar dulu:
1. Dilakukan oleh pemilik barang (owner)
2. Penguatan mindset sebagai pondasi awal (mindset Gemar Rapi)
3. Perubahan kebiasaan sebagai tujuan (Habit)
4. Pengurangan barang dengan prinsil lagom (Decluttering).

Pertanyaan pertama, apakah anggota keluarga sepakat dengan pilar pertama?
Setelah berdiskusi dengan pasangan (Bilal belum bisa diajak berdiskusi sih..) ya, kami, kedua belah pihak setuju bahwa setiap orang bertanggung jawab pada barangnya sendiri, termasuk dalam berbenah yang harus dilakukan oleh pemilik barang.
Kecuali beberapa barang yang bisa didelegasikan sesuai kesepakatan, karena saya sebagai istri yang bertugas di rumah. Seperti mengurus pakaian milik suami dan anak.
Jika jadwal berbenah sudah dibuat, kemudian pasangan sibuk, saya akan berupaya untuk mengingatkan kesepakatan yang sudah kami setujui sebelumnya. Dan sounding kembali tujuan dan motivasi berbenah. Saling mengingatkan, karena kami hidup bersama dan memiliki cita-cita bersama.

Kedua, tuliskan pola pikir lama dan korelasikan dengan dengan pola pikir baru setelah membaca materi pilar kedua
Dulu, saya percaya bahwa memang ada orang yang karakternya rapi, dan saya bukan termasuk karakter tersebut.
Karena meskipun sudah capek berbenah..sebentar saja, akan berantakan kembali "Daripada capek-capek, tidak perlu dibereskan lah..nanti juga berantakan lagi"

Apalagi setelah punya anak, dan anak saya tumbuh sebagai balita yang aktif. Rasanya tidak mungkin rumah bisa rapi. Seringkali juga mendengar orang-orang yang bilang "wajar..rumah berantakan kalau ada anak kecil" yang membuat saya semakin percaya bahwa memang rumah berantakan, kacau, itu wajar saja meski hati tidak tenang dan kepala pusing jadinya.

Setelah membaca materi pilar kedua, saya merasa tercerahkan dengan mindset baru, bahwa semua tentu saja bisa rapi dengan melakukan pembiasaan hidup rapi. Rapi yang bukan hanya fisik, tapi juga pemikiran.

Untuk itu saya perlu mengubah mindset tetap dulu, menjadi mindset tumbuh. Menumbuhkan rasa gemar akan kerapian, lalu menumbuhkan habit melalui pembiasaan hidup rapi minimal 21 hari dilakukan terus menerus tanpa putus dilanjutkan selama 6 bulan.

Sekarang saya optimis bahwa rumah dengan anak balita bisa juga rapi. Beda yaa..rumah dengan "hidup rapi" dan rumah yang berkali-kali dirapikan. Anak balita juga bisa dibiasakan hidup rapi. Membiasakan anak hidup rapi berpengaruh pada pembentukan karakternya juga.

Perubahan kebiasaan ke depan yang kami sekeluarga akan lakukan adalah berusaha memutuskan penyebab clutter di rumah:
* tidak menunda pekerjaan
* Mengembalikan barang pada tempatnya setelah digunakan
* Untuk anak saya, Bilal, membiasakan mengembalikan barangnya sendiri (mainan, tas,dan bukunya) setelah digunakan, meletakkan piring/gelas kotor sehabis makan ke wastafel (dulu, sudah pernah kami biasakan, namun karena banyak pemakluman akhirnya berantakan lagi)

Terkait pengurangan barang dengan indikator lagom yang saya pahami adalah mengurangi barang yang membuat clutter dengan indikator barang yang disimpan hanya yang paling kita sukai (pilih dari beberapa barang yang manfaatnya sama), benar-benar dibutuhkan, tidak kekurangan dan tidak juga berlebihan.

Barang yang tertumpuk, karena merasa suatu saat akan dibutuhkan coba ditimbang dulu..apakah benar kita akan membutuhkannya? kapan akan dibutuhkan? beri jangka waktu barang tersebut mau disimpan berapa lama. Biasanya justru jika disimpan lama barang akan berkurang manfaatnya karena mulai rusak, terkikis, lapuk dsb (sebab dibiarkan tertumpuk begitu saja). Akan lebih baik jika dihibahkan/dijual ke orang yang lebih membutuhkan.
Contoh barang yang menjadi clutter di rumah kami: buku-buku, pakaian dan sepatu yang berlebihan dan tersimpan begitu saja.

Share:
Continue Reading →

Sabtu, 09 Maret 2019

Clutter dan Motivasi Belajar Berbenah Ala Gemarrapi


Siapa sih yang tidak suka kerapian? rumah rapi membuat penghuninya jadi nyaman, hati tenang, dan lebih produktif.
Tapi bolak-balik merapikan rumah kok tetap aja berantakan? Lalu merasa perlu menambah rak/lemari/gantungan atau beberapa storage (tempat penyimpanan) lagi agar barang-barang lebih tertata, tetapi yang dirasakan justru menambah penuhnya rumah.

Kacau deh..tiap lihat tumpukan barang itu rasanya mau mengosongkan rumah kembali seperti waktu pertama kali dihuni, lalu mencoba menata ulang, haha..

Kekacauan itu yang disebut clutter. Clutter adalah bahasa inggris dari kebisingan/kekusutan/keributan.
Banyak penyebab clutter, apapun yang tidak enak dilihat, dirasakan mengganggu atau sesuatu yang pemanfaatannya tidak optimal disebut clutter.
Bahkan teman dan media sosial pun bisa menjadi clutter.
Kalo di rumah kami ya..barang tertumpuk, beberapa berserakan dimana-mana 😅.

Karena itu, ketika Gemarrapi (ex: Konmari Indonesia) membuka kelas belajar berbenah lagi, saya merasa harus ikut. Bahkan siap-siap pasang alarm agar bisa masuk sebagai peserta yang jumlahnya terbatas.



saya punya kebiasaan mengumpulkan kardus, karton &bahan2 craft bekas maupun sengaja beli baru. Rencana sih buat diy-an. Kadang rajin, lebih banyak ngga nya..haha..akhirnya numpuk. Barang2 itu sebenarnya sudah sy kasih 'rumah', tp kurang teratur. Mana sy kalo abis diy-an masih suka mager naro kembali ke tempatnya. Gunting, lem, lem tembak ditarolah nyempil di rak buku Bilal 😛. . . Kenal @gemarrapi waktu masih buka kelas konmari. Waktu itu seni beres2 ala jepang lagi booming, sy jg beli bukunya. Lalu merasa perlu bgt ikut kelasnya..tapi waktu itu lagi banyak kelas online yg saya ikuti.. takut nda fokus, akhirnya saya tunda. Setelah sekian lama,eh..sekarang alhamdulillah..sudah dibuka lagi kelasnya dengan nama dan filosofi baru "Gemarrapi" . Diniatin deh benar2 ingin belajar berbenah.. Alasannya tentu karena ingin rumah rapi,tidak banyak barang tertumpuk. Perasaan jd nyaman, anak ikut belajar keteraturan, dan lagi...kami sedang excited menyambut kehadiran penghuni baru, insyaAllah...sebulan lagi 👶. . . Daftar kelas ini rebutan, cepat2an krn sekelas cuma 20an orang jumlahnya..hehe, sampe harus pasang alarm dan pinjam tether Hp suami krn sinyalku tiba2 jelek 😅. Alhamdulillah bisa masuk kelas, yee..semangat 💪 "menata diri, menata negeri" #tugasgp1 #gemarrapi #gemaripratama #gemaripratama1 #kelas.. #menatadirimenatanegeri #gemariclass #metodegemarrapi #berbenahalaindonesia #indonesiarapi #segemaritu
Sebuah kiriman dibagikan oleh Muftiraeni (@rinmouri) pada
Kelas sudah dimulai, untuk task 1 kami diminta untuk membuat list penyebab clutter beserta dampaknya serta apa tujuan jangka panjang dan motivasi untuk membiasakan hidup gemar rapi.

Setelah berdiskusi dengan pasangan, list penyebab clutter di rumah kami yaitu:

  1. Barang yang tidak berada pada tempatnya. Alat tulis seperti kertas-kertas, cutter, lem dsb sudah dibuatkan kotak khusus, tapi masih saja bertebaran. Kebiasaan saya menyimpan di tempat terdekat yang paling saya jangkau saat itu setelah menggunakannya. Buku bacaan yang disimpan sembarangan begitu saja setelah dibaca seperti di tempat tidur, di atas rak dsb. Jilbab, jaket, topi yang masih akan dipakai kembali, disampirkan dimana saja setelah digunakan.                              Seringkali saya harus membeli barang  berulang karena tidak menemukan yang saya cari. Apalagi jika barang tersebut dinilai murah atau "gampang, tinggal beli lagi". Akhirnya, meski kecil, tapi menambah jumlah barang dan membuat berantakan.

 2. Barang yang disimpan untuk keperluan       'nanti'.
      Di rumah kami, ada beberapa barang yang tertumpuk begitu saja tanpa digunakan. Disimpan untuk stok, atau dirasa suatu saat akan dibutuhkan. Itu berupa stok cat, buku-buku bacaan yang dibeli tapi belum sempat dibaca, piring-piring hibahan dari orang tua yang mungkin suatu saat akan diperlukan ketika ada acara di rumah.

 3. Barang bekas yang disimpan (belum tau mau diapakan)
Barang bekas seperti kardus bekas sering saya simpan untuk nanti digunakan membuat craft/ mainan anak. 

Ada yang benar-benar digunakan segera, ada yang masih menunggu datangnya ide dan kesempatan untuk membuatnya.
Saya pernah menyortir pakaian yang saya rasa sudah tidak akan digunakan lagi. Beberapa pakaian yang masih bagus saya sumbangkan.
Tapi ada beberapa pakaian yang saya anggap tidak layak untuk disumbang karena sudah melar, ada noda, dsb. pakaian-pakaian yang tidak layak disumbang itu akhirnya menumpuk di satu keranjang. Niatnya untuk diupcycle lagi, tapi ternyata belum ada waktu dan ide untuk memanfaatkannya kembali.

 4. Mainan/karya anak yang sudah rusak tapi tidak boleh dibuang.
Kami sering membuat mainan atau craft bersama. Anak saya, Bilal, sangat senang dan menghargai karyanya. Ada yang dia tempel di dinding, jendela, dan banyak juga yang disimpan di rak bukunya. Tapi lama-lama kertas-kertas hasil gunting tempel, gambarnya, dan mainan kardus tersebut menumpuk saja. Dimaini sudah tidak, tapi juga tidak boleh dibuang. Termasuk beberapa mainan yang sudah rusak (hasil bebikinan ataupun mainan yang dibeli) juga tidak boleh dibuang.

Banyaknya barang yang tidak terpakai itu memenuhi space rumah. Rumah menjadi terasa sumpek,tidak nyaman, tapi bingung mau disimpan atau 'disembunyikan' dimana lagi. 
Kami juga tidak memiliki gudang penyimpanan, akhirnya salah satu kamar dikorbankan menjadi tempat menumpuknya barang (padahal di rumah kami cuma ada dua kamar).
Sementara, untuk ke depannya tentu kami tidak bisa berbagi satu kamar untuk seluruh anggota keluarga. 
Bilal (3,5th) akan bertambah besar maka harus pisah ruang tidur dengan kami, dan insyaAllah akan ada kehadiran bayi dalam waktu dekat yang tentunya akan ketambahan barang lagi.

Siapa yang membuat clutter? ternyata kami semua, si penghuni rumah (saya, suami dan anak) yang memiliki tipe clutterer berbeda-beda.
Padahal, rumah adalah tempat berlindung, tempat kami pulang, melepas penat, tempat anak-anak bermain, berkumpul bercengkrama dengan orang-orang tersayang. Maka, seharusnya penghuninyalah yang menjaga agar rumah tetap nyaman untuk ditempati bersama.

Tujuan jangka panjang kami 5-10 tahun ke depan yang mengacu pada nilai RASA adalah:
  • Rapi dan teratur
Setiap barang punya tempat khusus dan semua penghuni rumah konsisten mengembalikan.
  • Aman dan nyaman
Rumah merupakan tempat pendidikan anak bermula. Rumah yang kami harapkan adalah yang setiap sudutnya aman dan nyaman untuk anak bereksplorasi. Anak belajar keteraturan sehingga membentuk pribadi yang baik, fokus, tidak emosional dan betah di rumah.
  • Sehat dan bersih
Rumah yang tidak banyak barang bertumpuk berdebu, sehingga menjadi sarang kuman, serangga,dan tikus.
Rumah yang bersih, tentu membuat penguninya sehat, tidak hanya jasmani tapi juga rohani
  • Alami dan berkelanjutan
Kami berharap anak akan punya habit (kebiasaan) senang kerapian, teratur, yang akan diturunkan ke generasi selanjutnya.

Motivasi terbesar kami juga adalah meengingat setiap barang akan ada hisabnya, maka kami harus bisa mengoptimalkan pemanfaatkan barang yang kami punya. Mengerem untuk menambah barang, mensyukuri yang sudah ada, dan menyedekahkan agar lebih bermanfaat.

Rasulullah bersabda: 
Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya

HR at-Tirmidzi (no. 2417)
Share:
Continue Reading →