Sabtu, 09 Maret 2019

Clutter dan Motivasi Belajar Berbenah Ala Gemarrapi


Siapa sih yang tidak suka kerapian? rumah rapi membuat penghuninya jadi nyaman, hati tenang, dan lebih produktif.
Tapi bolak-balik merapikan rumah kok tetap aja berantakan? Lalu merasa perlu menambah rak/lemari/gantungan atau beberapa storage (tempat penyimpanan) lagi agar barang-barang lebih tertata, tetapi yang dirasakan justru menambah penuhnya rumah.

Kacau deh..tiap lihat tumpukan barang itu rasanya mau mengosongkan rumah kembali seperti waktu pertama kali dihuni, lalu mencoba menata ulang, haha..

Kekacauan itu yang disebut clutter. Clutter adalah bahasa inggris dari kebisingan/kekusutan/keributan.
Banyak penyebab clutter, apapun yang tidak enak dilihat, dirasakan mengganggu atau sesuatu yang pemanfaatannya tidak optimal disebut clutter.
Bahkan teman dan media sosial pun bisa menjadi clutter.
Kalo di rumah kami ya..barang tertumpuk, beberapa berserakan dimana-mana 😅.

Karena itu, ketika Gemarrapi (ex: Konmari Indonesia) membuka kelas belajar berbenah lagi, saya merasa harus ikut. Bahkan siap-siap pasang alarm agar bisa masuk sebagai peserta yang jumlahnya terbatas.



saya punya kebiasaan mengumpulkan kardus, karton &bahan2 craft bekas maupun sengaja beli baru. Rencana sih buat diy-an. Kadang rajin, lebih banyak ngga nya..haha..akhirnya numpuk. Barang2 itu sebenarnya sudah sy kasih 'rumah', tp kurang teratur. Mana sy kalo abis diy-an masih suka mager naro kembali ke tempatnya. Gunting, lem, lem tembak ditarolah nyempil di rak buku Bilal 😛. . . Kenal @gemarrapi waktu masih buka kelas konmari. Waktu itu seni beres2 ala jepang lagi booming, sy jg beli bukunya. Lalu merasa perlu bgt ikut kelasnya..tapi waktu itu lagi banyak kelas online yg saya ikuti.. takut nda fokus, akhirnya saya tunda. Setelah sekian lama,eh..sekarang alhamdulillah..sudah dibuka lagi kelasnya dengan nama dan filosofi baru "Gemarrapi" . Diniatin deh benar2 ingin belajar berbenah.. Alasannya tentu karena ingin rumah rapi,tidak banyak barang tertumpuk. Perasaan jd nyaman, anak ikut belajar keteraturan, dan lagi...kami sedang excited menyambut kehadiran penghuni baru, insyaAllah...sebulan lagi 👶. . . Daftar kelas ini rebutan, cepat2an krn sekelas cuma 20an orang jumlahnya..hehe, sampe harus pasang alarm dan pinjam tether Hp suami krn sinyalku tiba2 jelek 😅. Alhamdulillah bisa masuk kelas, yee..semangat 💪 "menata diri, menata negeri" #tugasgp1 #gemarrapi #gemaripratama #gemaripratama1 #kelas.. #menatadirimenatanegeri #gemariclass #metodegemarrapi #berbenahalaindonesia #indonesiarapi #segemaritu
Sebuah kiriman dibagikan oleh Muftiraeni (@rinmouri) pada
Kelas sudah dimulai, untuk task 1 kami diminta untuk membuat list penyebab clutter beserta dampaknya serta apa tujuan jangka panjang dan motivasi untuk membiasakan hidup gemar rapi.

Setelah berdiskusi dengan pasangan, list penyebab clutter di rumah kami yaitu:

  1. Barang yang tidak berada pada tempatnya. Alat tulis seperti kertas-kertas, cutter, lem dsb sudah dibuatkan kotak khusus, tapi masih saja bertebaran. Kebiasaan saya menyimpan di tempat terdekat yang paling saya jangkau saat itu setelah menggunakannya. Buku bacaan yang disimpan sembarangan begitu saja setelah dibaca seperti di tempat tidur, di atas rak dsb. Jilbab, jaket, topi yang masih akan dipakai kembali, disampirkan dimana saja setelah digunakan.                              Seringkali saya harus membeli barang  berulang karena tidak menemukan yang saya cari. Apalagi jika barang tersebut dinilai murah atau "gampang, tinggal beli lagi". Akhirnya, meski kecil, tapi menambah jumlah barang dan membuat berantakan.

 2. Barang yang disimpan untuk keperluan       'nanti'.
      Di rumah kami, ada beberapa barang yang tertumpuk begitu saja tanpa digunakan. Disimpan untuk stok, atau dirasa suatu saat akan dibutuhkan. Itu berupa stok cat, buku-buku bacaan yang dibeli tapi belum sempat dibaca, piring-piring hibahan dari orang tua yang mungkin suatu saat akan diperlukan ketika ada acara di rumah.

 3. Barang bekas yang disimpan (belum tau mau diapakan)
Barang bekas seperti kardus bekas sering saya simpan untuk nanti digunakan membuat craft/ mainan anak. 

Ada yang benar-benar digunakan segera, ada yang masih menunggu datangnya ide dan kesempatan untuk membuatnya.
Saya pernah menyortir pakaian yang saya rasa sudah tidak akan digunakan lagi. Beberapa pakaian yang masih bagus saya sumbangkan.
Tapi ada beberapa pakaian yang saya anggap tidak layak untuk disumbang karena sudah melar, ada noda, dsb. pakaian-pakaian yang tidak layak disumbang itu akhirnya menumpuk di satu keranjang. Niatnya untuk diupcycle lagi, tapi ternyata belum ada waktu dan ide untuk memanfaatkannya kembali.

 4. Mainan/karya anak yang sudah rusak tapi tidak boleh dibuang.
Kami sering membuat mainan atau craft bersama. Anak saya, Bilal, sangat senang dan menghargai karyanya. Ada yang dia tempel di dinding, jendela, dan banyak juga yang disimpan di rak bukunya. Tapi lama-lama kertas-kertas hasil gunting tempel, gambarnya, dan mainan kardus tersebut menumpuk saja. Dimaini sudah tidak, tapi juga tidak boleh dibuang. Termasuk beberapa mainan yang sudah rusak (hasil bebikinan ataupun mainan yang dibeli) juga tidak boleh dibuang.

Banyaknya barang yang tidak terpakai itu memenuhi space rumah. Rumah menjadi terasa sumpek,tidak nyaman, tapi bingung mau disimpan atau 'disembunyikan' dimana lagi. 
Kami juga tidak memiliki gudang penyimpanan, akhirnya salah satu kamar dikorbankan menjadi tempat menumpuknya barang (padahal di rumah kami cuma ada dua kamar).
Sementara, untuk ke depannya tentu kami tidak bisa berbagi satu kamar untuk seluruh anggota keluarga. 
Bilal (3,5th) akan bertambah besar maka harus pisah ruang tidur dengan kami, dan insyaAllah akan ada kehadiran bayi dalam waktu dekat yang tentunya akan ketambahan barang lagi.

Siapa yang membuat clutter? ternyata kami semua, si penghuni rumah (saya, suami dan anak) yang memiliki tipe clutterer berbeda-beda.
Padahal, rumah adalah tempat berlindung, tempat kami pulang, melepas penat, tempat anak-anak bermain, berkumpul bercengkrama dengan orang-orang tersayang. Maka, seharusnya penghuninyalah yang menjaga agar rumah tetap nyaman untuk ditempati bersama.

Tujuan jangka panjang kami 5-10 tahun ke depan yang mengacu pada nilai RASA adalah:
  • Rapi dan teratur
Setiap barang punya tempat khusus dan semua penghuni rumah konsisten mengembalikan.
  • Aman dan nyaman
Rumah merupakan tempat pendidikan anak bermula. Rumah yang kami harapkan adalah yang setiap sudutnya aman dan nyaman untuk anak bereksplorasi. Anak belajar keteraturan sehingga membentuk pribadi yang baik, fokus, tidak emosional dan betah di rumah.
  • Sehat dan bersih
Rumah yang tidak banyak barang bertumpuk berdebu, sehingga menjadi sarang kuman, serangga,dan tikus.
Rumah yang bersih, tentu membuat penguninya sehat, tidak hanya jasmani tapi juga rohani
  • Alami dan berkelanjutan
Kami berharap anak akan punya habit (kebiasaan) senang kerapian, teratur, yang akan diturunkan ke generasi selanjutnya.

Motivasi terbesar kami juga adalah meengingat setiap barang akan ada hisabnya, maka kami harus bisa mengoptimalkan pemanfaatkan barang yang kami punya. Mengerem untuk menambah barang, mensyukuri yang sudah ada, dan menyedekahkan agar lebih bermanfaat.

Rasulullah bersabda: 
Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya

HR at-Tirmidzi (no. 2417)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar