Rabu, 28 Februari 2018

Cemilan 1: Tahap Perkembangan Membaca Anak Usia Dini

☘ Camilan 1 Materi 5☘

_Rabu, 28 Februari 2018_


*Tahap Perkembangan Membaca Anak Usia Dini*

📚Membaca adalah salah satu kemampuan bahasa yang penting bagi anak.

📚Membaca juga dapat meningkatkan daya imajinasi anak dan meningkatkan kosakata anak dan masih banyak manfaat membaca lainnya.

📜Berikut tahapan membaca yang dapat dilakukan oleh anak usia dini.


*Tahapan Perkembangan Membaca Anak Usia Dini*

*📖1. Tahap fantasi (Magical Stage)*
Anak mulai belajar menggunakan buku, mulai berfikir bahwa buku itu penting, melihat atau membolak-balikkan buku dan kadang-kadang anak membawa buku kesukaannya.

📖 *2. Tahap Pembentukan Konsep Diri Membaca (Self Concept Stage)*

Anak memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku, menggunakan bahasa buku meskipun tidak cocok dengan tulisan

📖 *3. Tahap Membaca Gambar (Bridging Reading Stage)*

Pada tahap ini anak menjadi sadar pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang sudah dikenal, dapat mengungkapkan kata-kata yang memiliki makna dengan dirinya, dapat mengulang kembali cerita yang tertulis, dapat mengenal cetakan kata dari puisi atau lagu yang dikenalnya serta sudah mengenal abjad

📖 *4. Tahap Pengenalan Bacaan (Take Off Reader Stage)*

Anak tertarik pada bacaan, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai tanda seperti kotak susu, pasta gigi atau papan iklan

📖 *5. Tahap Membaca Lancar (Independent Reader Stages)*

Pada tahap ini anak dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas, menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan. Bahan-bahan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman anak semakin mudah dibaca

Sumber:

https://yudhistira31.wordpress.com/2008/12/22/tahap-perkembangan-kemampuan-membaca-pada-anak/

www.paud.id/2015/09/5-tahapan-perkembangan-membaca-anak.html/amp

Musfiroh, Tadkiroatun. Mengembangkan Baca-Tulis Anak. 2008.  Jakarta: Grasindo.
Share:
Continue Reading →

Senin, 26 Februari 2018

Materi 5: MENSTIMULASI ANAK SUKA MEMBACA

_Institut Ibu Profesional_
_Kelas Bunda Sayang_
_Materi ke #5_


_*MENSTIMULASI ANAK SUKA MEMBACA*_


🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹


Mari  kita mulai dengan bermain peran terlebih dahulu. Bayangkan kita adalah seorang dewasa dengan bahasa yang kita gunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia,   belum pernah mengetahui bahasa mandarin  kemudian tiba-tiba kita diberi Koran berbahasa mandarin dengan tulisan mandarin semua. Apa yang kebayang di benak kita semua?

Pusing?  Tidak tahu maksudnya? Lalu kita hanya melihat-lihat gambarnya saja?

Hal tersebut akan sama halnya dengan anak-anak yang belum dibiasakan mendengarkan berbagai dialog bahasa ibunya, belum belajar berbicara bahasa ibunya dengan baik, tiba-tiba dihadapkan dengan berbagai cara belajar membaca bahasa ibunya tersebut yang berisi dengan deretan-deretan huruf yang masih asing di benak anak, diminta untuk mengulang-ngulangnya terus menerus dengan harapan anak bisa cepat membaca.

🍒 *KETRAMPILAN BERBAHASA*

Sebelum lebih jauh membahas tentang teknik menstimulasi anak membaca kita perlu memahami terlebih dahulu tahapan-tahapan yang perlu dilalui anak-anak dalam meningkatkan ketrampilan berbahasanya.

_Tahapan tersebut adalah sebagai berikut :_
a. Keterampilan mendengarkan (listening skills)
b. Ketrampilan Berbicara (speaking skills)
c. Ketrampilan Membaca (reading skills)
d. Ketrampilan Menulis (writing skills)

Keempat tahapan tersebut di atas harus dilalui terlebih dahulu secara matang oleh anak. Sehingga _anak yang BISA MENDENGARKAN (Menyimak) komunikasi orang dewasa di sekitarnya dengan baik, pasti BISA BERBICARA dengan baik,_ selama organ pendengaran dan organ pengecapnya berfungsi dengan baik.

Mendengarkan dan berbicara adalah tahap yang sering dilewatkan orangtua dalam menstimulasi anak-anaknya agar suka membaca. Sehingga hal ini mengakibatkan _anak yang BISA MEMBACA, belum tentu terampil  mendengarkan dan berbicara dengan baik_ dalam kehidupan sehari-harinya. Padahal dua hal ketrampilan di atas sangatlah penting.

Banyak orang dewasa yang menggegas anaknya untuk bisa cepat-cepat membaca, padahal _Anak yang BISA BERBICARA dengan baik, pasti akan BISA MEMBACA dengan baik_, tetapi banyak yang mengesampingkan 2 tahap sebelumnya.

Pertanyaan selanjutnya mengapa banyak anak bisa membaca tetapi sangat sedikit yang menghasilkan karya dalam bentuk tulisan, bahkan diantara kita orang dewasapun sangat susah menuangkan gagasan-gagasan kita, apa yang kita baca, kita pelajari dalam bentuk tulisan?

Padahal  kalau melihat tahapan di atas _anak yang BISA MEMBACA dengan baik pasti akan BISA MENULIS dengan baik._

Mengapa? Karena selama ini anak-anak kita hanya distimulus untuk BISA membaca tidak SUKA MEMBACA. Sehingga banyak diantara kita  BISA MENULIS huruf (melek huruf) tetapi tidak bisa menghasilkan karya dalam bentuk tulisan (MENULIS KARYA)

Terbukti  berdasarkan survey UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia baru 0,001 persen. Artinya dalam seribu masyarakat hanya ada satu masyarakat yang memiliki minat baca. Berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.

Padahal  program membaca  ini tidak hanya digencarkan oleh pemerintah dalam program literasinya, melainkan juga sudah diperintahkan di dalam salah satu kitab suci agama yang sebagaian besar dianut oleh bangsa Indonesia. Disana tertulis IQRA’(bacalah), perintah membaca adalah perintah pertama sebelum perintah yang lain turun.

Mengapa kita perlu membaca? Biasanya jawabannya klise yang muncul adalah agar kita bisa menambah wawasan kita, bisa membuka cakrawala dunia dll. Jawaban di atas baik, tapi ada yang kita lupakan tentang tujuan  membaca ini yang jauh lebih penting, yaitu agar anak-anak kita lebih mengenal pencipta-Nya, karena membaca akan lebih membuat anak-anak  mengenal “siapakah dirinya”, maka disitulah dia mengenal siapa Tuhannya.

🍒 *MENSTIMULASI ANAK SUKA MEMBACA*

Sekarang kita akan belajar bagaimana tahapan-tahapan agar anak-anak kita SUKA MEMBACA tidak hanya sekedar BISA. Agar ke depannya mereka SUKA MENULIS.

Kita akan memulai dengan berbagai tahap keterampilan Berbahasa.


👂🏻 *TAHAP MENDENGARKAN* 👂🏻

a.    Sering-seringlah berkomunikasi dengan anak, baik saat mereka di dalam kandungan, saat mereka belum bisa berbicara dan saat mereka sudah mulai mengeluarkan kata-kata dari mulut kecilnya.

b.    Buatlah berbagai forum keluarga untuk memperbanyak kesempatan anak mendengarkan berbagai ragam komunikasi orang dewasa di sekitarnya.

c.    Setelkan berbagai lagu anak, cerita anak yang bisa melatih keterampilan mendengar mereka.

d.    Bacakan buku-buku anak dengan suara yang keras agar anak-anak bisa melihat gambar dan telinganya bekerja untuk mendengarkan maksud gambar tersebut.

e.    Sering-seringlah mendongeng/membacakan buku sebelum anak-anak tidur. Jangan pernah capek, meski anak meminta kita mendongeng/membaca buku yang sama sampai puluhan kali. Begitulah cara menyimak.


🗣 *TAHAP BERBICARA* 🗣

a.    Di tahap ini anak belajar berbicara, kita sebagai orang dewasa belajar mendengarkan. Investasikan waktu kita sebanyak mungkin untuk mendengarkan SUARA ANAK

b.    Jadilah pendengar yang baik, disaat anak-anak ingin membacakan buku untuk kita, dengan cara mengarang cerita berdasarkan gambar, apresiasi mereka.

c.    Jadilah murid yang baik, disaat anak-anak kita ingin menjadi guru bagi kita, dengan cara membuat simulasi kelas, dan dia menjadi guru kecil di depan.

d.    Ajaklah anak-anak bersilaturahim sesering mungkin, bertemu teman sebayanya dan orang lain yang di atas usianya bahkan di bawah usianya untuk mengasah keterampilan mendengar dan berbicaranya.


📖 *TAHAP MEMBACA* 📖

a.    Tempelkan tulisan-tulisan dan gambar-gambar yang jelas dan besar di sekitar rumah, terutama tempat-tempat yang sering di singgahi anak-anak

b.    Tempelkan tulisan/kata pada benda-benda yang ada, misalnya, tempelkan kata- “televisi” pada pesawat televisi

c.    Buatlah acara membaca bersama yang seru, misalnya perpustakaan di bawah meja makan

d.    Sekali waktu, ajaklah anak-anak ke pangkalan buku-buku bekas, pameran buku dan toko buku

e.    Siapkan alat perekam dan rekamlah suara anak kita yang sedang membaca buku

f.    Biasakanlah surat-menyurat dengan anak di rumah. Misalnya, dengan menempelkan pesan-pesan di kulkas atau buatlah parsi (papan ekspresi) di rumah

g.    Dorong dan ajak anak kita untuk membaca apapun label-label pada kemasan makanan, papan reklame dan masih banyak lagi

h.    Berikan buku-buku berilustrasi tanpa teks.  Warna mencolok dan menarik akan merangsang minat untuk membaca, sekaligus membangkitkan rasa ingin tahunya. Selanjutnya berikan buku full teks dengan ukuran huruf yang besar-besar.

i.    Komik juga menarik sebagai pemancing rasa ingin tahu dan gairah membaca anak (tentunya perlu selektif dalam memilih komik yang tepat)

j.    Ajaklah anak bertemu dengan pengarang buku, ilustrator, komikus, penjual buku, bahkan penerbit buku

k.    Dukung hobi anak kita dan sangkutpautkan dengan buku. Misalnya, buku tentang perangko untuk anak yang hobi mengkoleksi perangko, buku cerita tentang boneka untuk anak yang suka boneka dan sebagainya

l.    Budaya baca bisa ditumbuhkan dari ruang keluarga yang serba ada. Ada buku-buku yang mudah diambil anak,  ada mainan anak,  ada karya-karya anak dalam satu ruangan tersebut.

m.    Ajaklah anak untuk memilih bukunya sendiri, tapi tentunya dibawah bimbingan kita agar tidak salah pilih

n.    Contohkan kebiasaan membaca dan mengkoleksi buku dengan sungguh-sungguh dan konsisten

o.    Buatlah pohon literasi keluarga, dengan cara masing-masing anggota keluarga memiliki pohon dengan gambar batang dan ranting, tempelkan di dinding. Siapkanlah daun-daunan dari kertas sebanyak mungkin, setiap kali anak-anak selesai membaca, tuliskan judul buku dan pengarangnya di daun tersebut, kemudian tempelkan di pohon dengan nama anak tersebut. Cara ini bisa untuk melihat seberapa besar minat baca masing-masing anggota keluarga kita, hanya dengan melihat seberapa rimbun daun-daunan di pohon masing-masing.


📝 *TAHAP MENULIS* 📝

a.    Siapkan satu bidang tembok di rumah kita, tempelkan kertas flipchart besar disana dan ijinkan anak-anak untuk menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan atau coretan.

b.    Berilah kesempatan dan dorong anak kita untuk menulis  apapun yang dia lihat, dengar, pegang dan lain-lain

c.    Siapkan buku diary keluarga, masing-masing anggota keluarga boleh menuliskan perasaaannya di buku diary tersebut, sehingga akan membentuk rangkaian cerita keluarga yang kadang nggak nyambung tapi seru untuk dibaca bersama.

d.    Buat buku jurnal/ buku rasa ingin tahu anak dari kertas bekas,   ijinkan setiap hari anak menuliskan apa yang dia alami apa yang memunculkan rasa ingin tahunya di dalam buku tersebut.

e.    Hiraukanlah tanda baca, huruf besar, huruf kecil dll, saat anak-anak mulai belajar menulis. Biarkanlah anak merdeka menuangkan isi pikirannya, hasil bacaannya, tanpa terhenti berbagai kaedah-kaedah menulis yang harus mereka pahami. Setelah anak-anak lancar menulis baru setahap demi setahap ajarkanlah berbagai macam kaedah ini.


*Salam Ibu Profesional,*



*/Tim Fasilitator Bunda Sayang /*





*Sumber  Bacaan :*

_Kontributor Anatalogi Bunda Sayang, Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang, Gaza Press, 2014_

_Pengalaman Bunda Septi dalam mengembangkan ketrampilan berbahasa di keluarganya, Wawancara, Kelas Bunda Sayang, Institut Ibu Profesional, 2017_

_Andi Yudha Asfandiyar. Creative Parenting Today : Cara praktis memicu dan memacu kreatifitas anak melalui pola asuh kreatif. Bandung : Kaifa. 2012_

_http://www.supernanny.co.uk/Advice/-/Learning-and-Education/-/4-to-13-years/Help.-My-child-doesn’t-like-reading.aspx_
Share:
Continue Reading →

Rabu, 21 Februari 2018

Cemilan 4: Pengaruh Memori dalam Belajar

🍉Cemilan ke-4🍉
Rabu, 21 Februari 2018

_Materi ke-4_
_Menstimulasi Gaya Belajar Anak_


🔍 *Pengaruh Memori dalam Belajar*🔎


*Definisi Memori*

Para ahli memberikan pengertian bermacam-macam tentang memori. Pada umumnya memandang memori sebagai hubungan dengan pengalaman masa lampau. Dengan adanya kemampuan untuk mengingat, manusia mampu menyimpan dan menimbulkan kembali apa yang telah pernah dialaminya.

Memori atau ingatan adalah proses memasukkan, menyimpan, dan mengeluarkan kembali informasi dan pengalaman yang kita peroleh. Menurut Andersen (1997) memori adalah rekaman pengalaman yang relatif permanen yang mendasari perilaku belajar. Kaitan memori dengan belajar adalah, belajar mengacu pada proses adaptasi perilaku terhadap pengalaman, dan memori menunjuk pada rekaman permanen yang mendasari adaptasi tersebut.

*Proses dan Macam-macam Memori*

_Para peneliti mempelajari dan membagi proses memori menjadi tiga tahap yaitu,_

-Tahap Akuisisi (perolehan) bagaimana informasi pada mulanya ditempatkan atau disandikan kedalam memori.

-Tahap Retensi (penyimpanan) bagaimana informasi dipertahankan atau disimpan setelah disandikan,

-Tahap Retrieval ( pemunculan kembali) dan bagaimana informasi ditemukan kembali untuk tujuan tertentu proses dasar yang dibutuhkan oleh memori.

🎀Memori Sensoris ( _Sensory memory_) adalah Informasi yang langsung diterima oleh alat indera dan akan hilang dalam waktu satu detik.

🎀Memori Jangka pendek ( _short term memory_)  adalah sistem memori dengan kapasitas terbatas dimana informasi lazimnya disimpan selama 15 s.d 25 detik. Memori jangka pendek ini dapat kita tingkatkan dengan metode _Chunking_ yaitu membagi-bagi informasi kedalam unit-unit tertentu. Misal menghafal password 242587 menjadi 24-25-87

🎀Memori Jangka panjang ( _Long Therm Memory_) adalah tipe memori yang relatif permanen dan tidak terbatas. Memori jangka panjang dibagi kembali yaitu:

-Memori Deklaratif, berisi informasi-informasi faktual, terdiri dari memori semantik ( ingatan tentang pengetahuan/ fakta umum, contoh: ibu kota Indonesia adalah Jakarta).

- Memori Episodik, ingatan tentang pengalaman personal atau tentang suatu peristiwa. Misal: tentang peristiwa awal perkenalan dengan suami.

-Memori Prosedural, ingatan atau memori yang berhubungan dengan keterampilan melakukan sesuatu, misal kemampuan mengendarai sepeda.

💡 *Faktor-faktor yang mempengaruhi memori*💡

-Faktor Usia, ingatan paling kuat pada diri individu terjadi pada masa anak-anak menuju remaja ( 10-14 tahun).

-Kondisi fisik, misalnya kelelahan, sakit, kurang tidur, dapat menurunkan daya kerja atau prestasi ingatan

-Emosi, dalam hal ini seseorang  akan mengingat sesuatu lebih baik, apabila peritiwa-peristiwa itu menyentuh perasaan, sedangkan kejadian yang tidak menyentuh emosi seringkali diabaikan.

-Minat dan motivasi, dalam pengalaman sehari-hari, orang yang sering bepergian mempunyai ingatan tentang ilmu bumi yang jauh lebih baik dari pada yang tidak pernah bepergian, contoh lain anak- anak dan remaja yang tidak lupa lirik suatu lagu, meski dalam bahasa asing. Artinya disini seseorang yang mengingat segala sesuatu tentang hal yang disukainya jauh lebih baik dari pada yang tidak disukainya. Minat akan meningkatkan motivasi dan gilirannya akan meningkatan daya ingat.

Seringkali dalam belajar, kita kurang bisa mengingat semua yang kita pelajari. Dan belajar erat hubungannya dengan memori/ ingatan, dan terkadang karena beberapa faktor, kita menjadi _lupa_

Mengingat adalah memunculkan kembali informasi pada saat dibutuhkan. Jika informasi yang kita butuhkan tersebut tidak dapat dimunculkan kembali secara utuh, maka itulah yang disebut dengan _Lupa_.

⌛ *_Mengapa kita Lupa??_*

-Teori Atropi ( _Decay Theory_ ), lupa terjadi karena informasi yang pernah kita simpan tidak pernah lagi dimunculkan.

-Teori Interfensi, informasi yang disimpan tidak hilang. Lupa terjadi karena informasi yang ada saling menghambat atau bercampur aduk.

-Teori Kegagalan mengingat kembali ( _Retrieval Failure Theory_), informasi yang pernah kita simpan tidak akan hilang. Lupa terjadi jika tidak didapatkan petunjuk yang cukup untuk memunculkan kembali informasi yang pernah disimpan dalam memori.

- _Motivated Forgetting_, lupa terjadi karena adanya dorongan untuk melupakan hal atau peristiwa yang tidak mengenakkan.

-Lupa karena sebab fisiologis ( _disfungsi memory_), kelupaan terjadi karena faktor fisiologis, yaitu karena prosea kimiawi, proses penuaan, proses degenerasi sel otak dan syaraf, misalnya: _Amnesia Retrograd_, yaitu lupa pada informasi yang telah lalu contohnya lupa nama sendiri, alamat rumah; _Amnesia anterograd_, lupa pada informasi yang baru saja masuk, contohnya lupa tadi baru saja makan ; _Penyakit Alzheimer_  lupa karena kerusakan sel otak secara progresif akibat kekurangan zat _neurotransmitter_ yang disebut Ach (Asetikolin).; _Sindrom Korsakoff_, lupa karena minum alkohol terus menerus dalam jangka waktu lama sehingga kekurangan vitamin B1.

📌 *Agar tidak mudah lupa, ada beberapa teknik yang bisa kita pakai:*

-Memakai teknik kata kunci, yaitu mengingat suatu kata dengan cara mengasosiasikannya dengan kata lain secara interaktif.

-Metode _Lokus_, menempatkan secara imaginer kata- kata yang akan diingat pada tempat-tempat tertentu yang sudah familiar bagi kita.

- _Encoding fenomena spesific_ , memanfaatkan karakteristik lingkungan atau materi yang mirip dengan karakteristik lingkungan atau materi ketika memasukkan informasi.

-Organisasi materi teks, yaitu ketika membaca materi tertulis, memahami struktur bacaan tersebut. Misalnya, mengajukan pertanyaan pada diri sendiri setelah membaca materi.

-Organisasi catatan kuliah, menggunakan teknik mencatat efektif yaitu menggunakan peta pikiran.

-Praktek dan latihan.

*Hubungan Memori dan Belajar*

Para ahli sepakat bahwa terdapat hubungan yang erat antara memori dan belajar (Syah dalam Khadijah, N (2009).  Seperti telah dikemukakan bahwa memori sesungguhnya adalah fungsi mental yang bekerja menangkap informasi dari stimulus, menyimpannya, dan mengungkapkannya kembali bila diperlukan. Sedang proses belajar yang kita ketahui adalah sebuah proses yang melibatkan pengolahan dan penyimpanan informasi, dan hasil belajar bisa diketahui melalui proses pengungkapan kembali apa yang telah diketahui oleh kita.  Dengan demikian, dalam belajar dibutuhkan  pemanfaatan kemampuan memori oleh individu guna menyerap informasi yang diterima, menyimpannya, dan memunculkannya kembali saat menjawab pertanyaan atau mempraktekkannya.



_Salam Ibu Profesional_

_Tim Fasilitator Bunda Sayang Batch#3_


_Referensi_

https://www.google.co.id/amp/s/psychologystudyclubuii.wordpress.com/2012/10/23/proses-berpikir-pada-anak-dan-pengaruhnya-terhadap-memori/amp/

https://www.google.co.id/amp/s/klinikanakkesulitanbelajar.wordpress.com/2016/10/14/memori-dan-kerja-otak/amp/

http://anasirwanbones.blogspot.co.id/2014/12/a.html?m=1

https://psikologi.net/proses-psikologis-dasar-belajar-dan-memori-sambungan/
Share:
Continue Reading →

Belajar Metode Montessori

Saya sedang jatuh cinta dengan salah satu metode pendidikan anak yaitu Metode Montessori.
Tentu sudah tidak asing lagi kan? di media sosial banyak bertebaran ide kegiatan anak dengan metode ini, ada juga www,indonesiamontessori.com yang dipelopori oleh mba Vina, sebuah blog komunitas buat ibu-ibu untuk sharing kegiatan belajar dan bisa seru-seruan mengikuti challengenya .

Tau montessori itu sejak 2 tahun lalu sebatas.."ooh..metode belajar anak ya", "ooh..anak diajar kemadirian ya", bermain tuang-tuang air, jepit-jepit, menyendok untuk stimulasi motoriknya, dsb. Begitu saja, ikut-ikutan dan seru-seruan ikut challenge, yang penting anak terstimulasi dengan baiklah di usia dininya, hehe..

Beberapa bulan lalu saya membaca buku berjudul "Jatuh Hati pada Montessori" yang ditulis oleh  mba Vidya,seorang pengajar dan praktisi motessori. 
Dari situ kemudian lebih paham bahwa metode ini tidak hanya sebatas tuang-tuang dan sebagainya.
Filosofinya dalaam banget..tentang bagaimana kita memahami anak bukanlah kertas kosong, follow the child itu maksudnya apa, bagaimana memberi kebebasan untuk anak berekplorasi tapi tetap dipagari aturan, cara kita berbicara dan memperlakukan anak dan masih banyak lagi yang membuat saya ikut jatuh cinta.💗💗💗

Alhamdulillah..rasa penasaran dan keinginan besar untuk mempelajari metode montessori itu terkabul lewat dipertemukannya saya dengan mbak Annisa dan Ibu Mini melalui grup facebook "Islamic Montessori Homeschooling"

Kalau di Indonesia, mungkin masih sangat ekslusif yaa kalo kita mau belajar metode montessori. trainingnya butuh dana besar, aparatus (sebutan untuk material/alat montessori) tidak murah, juga kesediaan SDM yang betul-betul memahami montessori. 
Kan banyak juga tuh katanya sekolah-sekolah mahal sekarang, mengusung nama "Montessori" tapi tidak sepenuhnya menerapkan metode ini.

Alhamdulillah, mbak Annisa (IG:mommyica) menawarkan untuk membuat kelas online, dan ibu Mini sebagai praktisi montessori bersedia meluangkan waktunya untuk kami, Masya Allah..jazakunallah khairan 🙏🙏
Saya sangat bersyukur bisa belajar dengan beliau meski hanya lewat grup whatssap. 
Bu Mini ini bukan main-main, beliau sudah berkecimpung di dunia pendidikan, khususnya montessori selama 15 tahun, dan sekarang beliau menerapkan metode ini dalam homeschooling anak-anaknya, ya beliau sekarang bahagia menjadi ibu rumah tangga dan mendidik sendiri ketiga buah hatinya (8 tahun, 6 tahun dan 2 tahun)

Bu Mini menjelaskan betapa tertariknya beliau dengan metode Montessori.
Berdasarkan pengalaman beliau dengan montessori,  ketika kita mengajari anak membaca, menulis, berhitung, matematika, geografi, biologi, sejarah bisa begitu menarik dan sangat mudah dimengerti dibanding metode lainnya. Dilengkapi dengan filosof ilmu perkembangan manusia, hands on material, dan SOP nya lengkap.

Lalu bagaimana dengan agama? khususnya Islam, agama yang kita anut? Bu Mini menjawab metode ini bukan ATHEIS, bukan KAPITALIS, bukan LIBERALIS tapi cenderung NATURALIS dan HUMANITAS, agama dijunjung sebagai bentuk CULTURE/IDENTITAS seorang anak manusia.

Tak sabar untuk menyelami lebih dalam lagi. Ketika bisa belajar di kelas ini girang sekali tentunya. dan lagi, kelas kami ini adalah kelas DIY Montessori. Bagaimana membuat sendiri material montessori, lebih paham tujuan dan pengunaan material karena membuat sendiri dan bisa berhemat banyak 😋. Namun yang namanya DIY juga tidak murah, banyak yang kita tukar..mencari dan membeli bahan yang dibutuhkan, waktu tidur yang berkurang, dan jari yang keriting #eh.. tapi dengan cinta dan niat insyaAllah semangat!!!


Insya Allah pengalaman belajar saya di  kelas akan saya ulas juga disini, semoga bermanfaat






Share:
Continue Reading →

Sabtu, 17 Februari 2018

Montessori: Pondasi Bahasa Bersama Anakku

Kegiatan 1: Nomenklatur Alat Berat

Bunda mengurutkan model kendaraan dari kiri ke kanan.

Bilal mencocokkan model kendaraan alat berat dengan DIY nomenklatur yang telah bunda siapkan.
Di foto ke dua ini Bilal menambahkan sendiri model "dump truck" karena nomenklaturnya tersedia, tapi tidak saya pajang, hehe..

Setelah mencocokkan benda dengan nomenklatur, Bilal mencocokkan dengan gambar yang ada di bukunya. Ada beberapa yang tidak terdapat di dalam buku. Kemudian lanjut mencocokkan nomeklatur dengan nomenklatur (gambar dan tulisan --- gambar saja)

videonya bisa dilihat di IG @rinmouri yaa :)


Kegiatan 2 : Nomenklatur Alat Tulis
Megenalkan nama benda untuk menambahkan kosa kata.

Three period lesson

  • Tahap 1: memberitahukan nama bendanya,anak menirukan saja. Diulang-ulang, sampai tau beda benda satu dengan yang lain .

Mengurutkan benda dari kiri ke kanan sambil menyebut namanya. Bilal menirukan

  • Tahap 2: mulai bertanya "mana yang?" Bilal sudah bisa menunjukkan dengan benar beberapa benda yang saya tanyakan. Ketika saya tanya "yang mana yang pelubang kertas?" dia masih ragu menunjuk. Berarti perlu diulang, diyakinkan lagi tahap 1nya,hehe..

Ketika anak belum menunjuk benar juga jangan dibilang "salah", ulangi saja memberi tahu namanya, tidak perlu terburu-buru.

  • Tahap 3: bertanya "apa ini?". Tahap ini ketika anak sudah terbiasa dengan material, tahap 1 dan 2 sudah lancar (Guru kami, bu Mini bahkan menunggu anak yang memberitahukan sendiri nama bendanya)

Di akhir,  Bilal mencocokkan benda dengan kartu nomenklatur.

video kegiatannya di IG @rinmouri yaa


Kegiatan 3 : Nomenklatur Alat Makan

Mengurutkan benda dari kiri ke kanan, sambil menyebut namanya
Bilal mencocokkan benda dengan kartu nomenklatur, kemudian mencocokkan nomenklatur dengan nomenklatur (gambar dan nama ---- gambar saja)

Share:
Continue Reading →

Rabu, 14 Februari 2018

Cemilan 3: Rahasia Otak anak

Camilan 3, Level 4

Rabu, 14 Februari 2018

Materi Bunda Sayang ke-4

Menstimulasi  Gaya Belajar Anak

Rahasia Otak anak Untuk Menstimulasi Gaya Belajarnya

“Seseorang yang pernah juara olimpiade matematika dan fisika bukan jaminan sukses bisa memiliki pribadi yang unggul dan sukses karena mereka hanya mengandalkan otak kiri saja, bukan otak kanan. Pantas, bila bangsa kita kalah dengan bangsa lain. Itu akibat otak kanan yang tidak terasah.” Demikian dikatakan Arman Andi Amirullah, Direktorat Pembinaan TK & SD Pendidikan Nasional Pusat.

Otak kanan yang tidak terasah juga mengakibatkan seseorang kehabisan ide, kurang rasa ingin tahunya, kurang disiplin, kurang tanggungjawab, kurang menghargai orang lain, kurang mengahargai keindahan, kurang menghargai kekuatan hati, kekuatan cinta dan lain sebagainya. Jadi jangan tunda untuk mengaktifkan otak kanan anak-anak.

Kemampuan otak kanan memiliki kapasitas 90% dan otak kiri hanya 10-12%. Hasil penelitian mutakhir di AS menyebutkan peran logika dalam membuat orang menjadi sukses hanya 4-6% sedangkan 94-96% adalah tanggungjawab otak kanan yang banyak berhubungan dengan inovasi, kreatifitas, naluri, intuisi, daya cipta, kejujuran, keuletan, tanggungjawab, kesungguhan, spirit, kedisiplinan, etika, empati dan lain-lain.

Sedangkan tugas otak kiri  adalah yang selalu berhubungan dengan angka-angka bahasa, analisa, logika, intelektual, ilmu pengetahuan. Hendaknya kita melatih fungsi otak kanan dan otak kiri secara seimbang.

Setiap anak memiliki potensi miliaran sel otak yang siap mendapat rangsangan. Sentuhan, lingkungan yang ramah dan hands on adalah beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi otak anak.

Meski ada miliaraan sel otak, nyatanya tak semua berkembang sempurna. Semua tergantung dari stimulasi yang diterima.

Ada beberapa faktor yang akan merangsang fungsi otak anak, yaitu :

Faktor Sentuhan

Anak sangat membutuhkan sentuhan. Saat anak tidak mendapat sentuhan, sel otaknya banyak yang mati. Anak yang hidup di keluarga yang hangat cenderung memiliki perkembangan  otak optimal.

Faktor Lingkungan

Lingkungan yang ramah baik bagi perkembangan otak, misalnya tidak banyak teriakan  yang menakutkan. Tidak memberi label dan merendahkan harga dirinya.

Stimulasi Hands On

Hands on artinya permainan yang bisa disentuh, dipelajari dan dieksplorasi. Selama rentang usia bayi sebaiknya anak mendapat rangsangan hands on dengan mengenalkan permainan tiga dimensi. Saat memasuki usia sekolah baru anak diperkenalkan proses pembelajaran dua dimensi.

Hukuman (punishment) sesungguhnya tidak ramah otak. Jika anak sering disiksa secara verbal maupun fisik, dipukul atau dituding sebagai anak bermasalah maka fungsi otaknya mati, terutama bagian tengah yaitu bagian emosional. Berbagai siksaan, ancaman akan menghilangkan daya fungsi otak secara keseluruhan. Hukuman tidak efektif. Anak akan teringat pada apa yang diucapkan bukan pada kesalahannya. Orang tua dan guru sebaiknya menerapkan percakapan ramah otak, bicara pelan, memberi nilai positif, mendukung aktifitas anak, dan memahami gaya belajarnya.

Ada tiga kategori besar sistem otak yang berhubungan dengan belajar, yaitu :

Organ berpikir kreatif.

Organ berpikir logika.

Organ berpikir memori.

Menurut pakar pendidikan yang mempelajari sains otak, secara alamai organ pembelajaran itu bergerak mulai dari organ berpikir kreatif menuju organ berpikir logika terakhir hasilnya disimpan di organ berpikir memori. Merangsang organ berpikir kreatif bisa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang menarik minat anak, seperti mengapa ulat bisa berubah menjadi kupu-kupu? Dari situ proses berpikir kreatif akan berjalan sendiri.

Inilah tugas kita, orang tua dan guru bagaimana bisa menyisipkan materi dalam permainan yang mereka buat sehingga anak menikmati proses transfer ilmu. Cara ini tidak hanya membuat anak senang tapi juga menyerap materi hingga diatas 90%. Ya, karena hati mereka senang.


Daftar Pustaka :

5 Terobosan Dahsyat Menyulap Si Kecil Jadi Luar Biasa, Imam Ahmad Ibnu Nizar, Gerai Ilmu, Yogyakarta, 2009

Ayah Edy Punya Cerita, Edy Wiyono, Noura books, PT Mizan Republika, Jakarta, 2013

http://www.fadzilza.com/2016/11/kekuatan-fikiran-manusia/mengungkap-rahasia-otak-kanan-manusia.html
Share:
Continue Reading →

Mengamati Gaya Belajar Anak (day 10)

Hari 10 pengamatan gaya belajar. Bilal menggambar ini kemarin.

Melalui gambar itu, Bilal bercerita bahwa dia dan Bunda sedang jalan-jalan. Ada mobil dan matahari yang bersinar terang, katanya.
Bilal kemudian menambahkan gambar balon, lalu meminta saya menggambarkan "Bilal dan bunda", masing-masing memegang balon yang telah Bilal gambar.
Maaf yaa..gambar bundanya sederhana itu 😅😅.

Di balik kertas gambarnya, ternyata ada gambar lain yang Bilal buat, yang baru saya temukan malam ini, hihi..gambar apa itu ya?

Aktivitas lain yang kami lakukan kemarin yaitu bermain nomenklatur kartu 3 bagian (gambar dan nama benda, gambar saja, nama benda saja). Ini termasuk aktivitas pondasi bahasa dalam metode Montessori.

Tahap pertama menyebutkan nama-nama benda (naming), sambil mengurut dari kiri ke kanan di alas kerja.
Saya mencontohkan lalu Bilal mengikuti dan menyebut nama bendanya (kami menggunakan model kendaran alat berat)



Tahap kedua, mencocokkan benda dengan gambar/kartu. Tahap ketiga mencocokkan gambar dengan gambar/buku.

Untuk anak yang lebih besar, bisa ditambah dengan mencocokkan gambar dengan kartu yang bertuliskan nama bendanya saja. Tapi kami cuma sampai mencocokkan benda-gambar-buku dulu 😊.

Hasil pengamatan, Bilal menampilkan kemampuan visualnya dalam dua aktivitas (menggambar dan bermain nomenklatur).
Bilal mampu membuat gambar dengan memvisualisasikan benda yang pernah dilihatnya, memperhatikan dengan baik detail benda lalu mencocokkannya dengan kartu bergambar dan buku.

Share:
Continue Reading →

Selasa, 13 Februari 2018

Mengamati Gaya Belajar Anak (day 9)

Kemarin saya kurang fit, flu berat dan tidak bisa menahan kantuk. Saya minta ijin Bilal untuk istirahat sebentar, alhamdulillah anaknya mengerti.

Sambil berbaring di dekatnya, sesekali saya mengecek Bilal sedang apa. Ternyata sedang asik memainkan puzzle layer metamorfosis.

Tiga-tiganya dimainkan. Puzzle katak, ayam, dan kupu-kupu. Makin lama kemampuannya makin baik. Dia bisa menyusun puzzle dengan amat lancar dan benar, berulang-ulang dimainkan.

Bilal menggunakan modalitas visual dalam hal ini, tapi ketika mendengar saya terbangun, mulai tidak fokus. Termasuk ciri auditory ya? 😮
"Bunda sudah istirahat? Ayo main puzzle bunda.."
Dan waktunya saya menemani lagi. Bunda harus setrong meski sedang sakit, hehehe..

Kemarin lebih banyak tidur siih..jadi tidak bisa bercerita banyak. Sekian pengamatan hari ke 9 😅
Share:
Continue Reading →

Senin, 12 Februari 2018

Mengamati Gaya Belajar Anak (day 8)


Hari ke 8 pengamatan gaya belajar Bilal. Panda dan Bilal sedang baca buku bareng. Mereka membaca buku pop up berbahasa Inggris yang kami beli di event BBW Surabaya beberapa bulan lalu.

Sudah berapa lama Bilal menunjukkan ketertarikannya berbahasa Inggris. Awalnya kami memang sepakat untuk menggunakan bahasa Indonesia saja sampai kemampuan berbahasanya baik. Ukurannya, bisa mengeluarkan opini dan bercerita dengan baik dan jelas.

Suatu kali Bilal tiba-tiba bisa menyebut angka satu sampai dengan sepuluh dengan berbahasa inggris. Itu mungkin biasa saja bagi anak lain, tapi bikin saya terkejut karena tanpa pernah kami ajari. Dari tontonan? Nda juga..karena video yang kami sering putar juga hanya video berbahasa Indonesia.

Mungkin karena sering mendengar ketika baca buku bersama,dan kebetulan tetangga pas depan rumah anaknya berbahasa inggris dalam keseharian, jadi seringkali dia juga ikut ngomong seperti berbahasa inggris sendiri (padahal entah apa yang dia sebut, hehe).

Ketika membaca buku bersama panda kemarin itu, Bilal mengikuti setiap bacaan yang panda sebut. Dengan menggunakan modalitas auditory, penyebutannya bahasa inggrisnya juga bagus.
Sampai hari ke-8 ini, dari pengamatanku, Bilal cukup menonjol dalam auditory

Share:
Continue Reading →

Minggu, 11 Februari 2018

Mengamati Gaya Belajar Anak (day 7)

Pengamatan hari ke 7. Sabtu pagi kami jalan-jalan di sekitar rumah eyang uti Ceritanya mau beli koran sambil jalan-jalan berdua saja dengan pandanya Bilal Tapi pas lihat kami keluar, Bilal yang sedang main sama eyangkung minta ikut juga, hehe..

Ternyata  ketika lewat di samping posyandu, ada taman bermain anak.
Kami singgah bermain. Bilal naik ayunan, jugkat jungkit, perosotan dan naik di mainan panjatan.

Awalnya Bilal takut karena jarak antara titian panjatannya agak jauh, tapi setelah saya yakinkan, akhirnya percaya diri dan berhasil naik dari ujung ke ujung.
Sambil bermain ayunan juga, kami juga bermain tebak-tebakan nama tanaman.
"Ini pohon apa, hayo?"
"Itu pohon mangga", jawab Bilal
"waah..benar. Kok Bilal tahu? Tahu dari mana?" (pohonnya masih kecil dan belum berbuah)
"Tau dari asalnya buah mangga itu"

Surprise dengan jawabannya. Terlepas dari entah dia tau itu pohon mangga karena emang setiap jalan-jalan, pasti kami ceritakan apa-apa saja yang ada di sekitar,  Bilal juga bisa menyusun kalimat yang bagi kami sangat bagus, masya Allah..

Lanjut main tebak-tebakan.
"Kalo yang ini bunga apa?"
"Mmm..itu bunga ungu"
"Eh, iyaa..benar warnanya ungu. Ini namanya bunga terompet", kata panda menjelaskan.
Jika ditanya nama benda dan tidak tahu biasanya Bilal akan menyebutkan warna bendanya, ketimbang bilang tidak tahu 😁.
Pulang dari taman, kami sambil berjalan kaki belajar tentang tanaman lagi sampai tiba di rumah eyang.

Pengamatan kali ini, Bilal menggunakan gaya belajar kinestetik ketika menaiki permainan-permainan yang ada di taman. Dengan bergerak, menyentuh, dan melakukan sendiri, Bilal bisa lebih percaya diri.

Bilal juga menampilkan modalitas visualnya ketika bermain tebak-tebakan tanaman itu. Bilal bisa menjawab pertanyaan tersebut tentu karena pernah melihat, atau pernah diperlihatkan dan diberitahu, lalu dengan modalitas visual dia bisa mengakses warna, gambar, dan bentuk dari tanaman.




Share:
Continue Reading →

Sabtu, 10 Februari 2018

Mengamati Gaya Belajar Anak (day 6)


Pengamatan hari ke 6: Jumat, 9 Februari 2018.
Kami waktu itu sedang bemain peran/pretend play. Bilal berperan sebagai dokter dan saya pasiennya.

Selama bermain, Bilal sendiri yang menyampaikan idenya. Dia mengarahkan saya harus seperti apa, termasuk keluhan saya apa ke dokter.
Bilal meminta saya berpura-pura sedang sakit perut. Perut saya lalu diperiksanya menggunakan mainan gantungan yang ada suction cupnya ceritanya itu adalah stetoskop dan dokter Bilal serius memeriksa.

"Perut saya sakit dok."
"Sebentar ya, periksa dulu"

*setelah diperiksa
"Sepertinya ada yang aneh"
"Ada apa dokter?"
"Kamu terakhir2 ini makan-makan jd gendut"

*Gubrak 😨😁😂😂. Adaaa..aja celotehnya yang tidak terduga wkwk.

Ketika pretend play Bilal menampilkan modalitas kinestik, belajar melalui praktek, berperan langsung, menyentuh objek dsb.
Selain itu, Bilal terlihat menggunakan beberapa ciri dari tipe belajar seperti yang dipaparkan dalam materi Diklat PAUD yang diselenggarakan oleh HIMPAUDI Kab. Bantul tahun 2009. (Selengkapnya disini).

Ciri-cirinya yang ditampilkan
(1) *Linguistik*
Bilal menceritakan, bermain kata-kata, berdialog.

(2) *Fisik*
Bilal bermain, berpikir dengan menyentuh, bermain peran, drama, gerakan, dsb

(3). *Interpersonal*
Bilal memantulkan ide-idenya terhadap orang lain.
Bilal menyukai berkumpul,berkelompok dengan anak-anak bahkan orang dewasa ketika bermain
Share:
Continue Reading →

Jumat, 09 Februari 2018

Mengamati Gaya Belajar Anak (day 5)

Bilal sedang menyukai permainan puzzle.
Kalau dalam metode Montessori itu yang disebut periode sensitif. Dimana anak sedang senang melakukan sesuatu terus menerus, berulang-ulang. Saat itu pula waktu yang tepat itu memberi stimulus, karena kemampuan belajar anak lebih pesat.

Sebelumnya jika saya kasi puzzle dicueki, atau hanya dimaini sebentar.
Sekarang tiap hari mengajak main puzzle.
Tingkat kerumitan puzzlenya juga bertambah dan Bilal mau berlama-lama, terus mengulangi permainannya sampe benar-benar lancar 😍.

Ketika bermain puzzle, Bilal menggunakan modalitas visual dengan memperhatikan baik-baik potongan gambar pada puzzle untuk dicocokkan dengan pasangannya.
Setelah menyelesaikan, diiulang lagi dari awal.

Selain puzzle, yang menarik perhatian Bilal sekarang adalah pensil warna/spidol. Dia senang menggambar apa yang ada dalam imajinasinya.

Kamis pagi setelah selesai dengan permainan puzzlenya, Bilal meminta kertas dan persil warna.
Bilal mulai menggambar. Dia ingin menggambar badak, tapi kesal karena ketika menggoreskan pensilnya ke kertas, warnanya tidak timbul.

Pensil warna itu rupanya memang harus ditekan lebih keras agar timbul warnanya.
Kuajari cara menggunakan, tapi Bilal masih saja kesal dan meminta saya saja yang menggambarkannya badak.

Setelah gambar badak jadi, baru Bilal mau  mencoba lagi menggoreskan pensilnya. Dia berhasil bikin rumput 😁. "Badak sedang makan rumput", katanya, hihi..

Bilal meminta lagi ditambahkan gambar serigala di belakang gambar badak.
"Gambar serigala, bunda.."
Setelah jadi..
"Waduh, kasihan badaknya bisa dimakan serigala ini"
"Iyaaa..tapi aku mau gambar sungai, serigala nya tidak bisa lewat sungai" 😁
Lalu Bilal menggoreskan pensil warna biru muda, menggambar sungai yang panjang dari ujung ke ujung.
Masya Allah..imajinasinya terasah dengan hanya bermain sederhana seperti ini.

Membaca materi cemilan Rabu ini tentang gaya belajar. Ternyata ada 7 tipe gaya belajar yang dipaparkan dalam materi diklat PAUD yang diselenggarakan oleh HIMPAUDI Kan. Bantul tahun 2009.
Lengkapnya bisa dibaca di sini.

 Jika disesuaikan dengan gaya belajar yang disebutkan dalam materi diklat tersebut, Pengamatan hari Kamis, 8 Februari 2018 Bilal menggunakan tipe belajar "ruang".
Dia berpikir dengan gambar-gambar, berimajinasi, dan menyukai kegiatan menggambar dan permainan puzzle.
Share:
Continue Reading →

Kapan Gaya Belajar Mulai Dimiliki Anak?

_Camilan 2_
Rabu, 7 Februari 2018

*Tipe Gaya Belajar -Kapan Gaya Belajar Mulai Dimiliki Anak?*

📚📚🏆🏆📚📚

Camilan kali ini, kita akan membahas secara spesifik tentang *Tipe Gaya Belajar* dan
 *Kapan Gaya Belajar Mulai Dimiliki Anak?*

Biasanya, gaya belajar anak mulai terlihat jelas dan konsisten pada usia di atas 3 tahun.

Pada saat itu anak mulai menunjukkan cara belajarnya yang efektif karena rentang perhatiannya sudah berkembang cukup baik dan fungsi-fungsi penunjang belajar lainnya, seperti kemampuan motorik dan postur tubuh, juga sudah berkembang siap untuk mengolah informasi.

Orangtua dapat mengamati dari kegiatan anak sehari-hari, terutama bagaimana anak menerima informasi baru, mengingat, dan memahaminya.

Biasanya anak akan menunjukkan satu gaya belajar yang dominan, artinya ia akan lebih efektif menggunakan gaya belajar tersebut untuk dapat memahami pengetahuan atau menguasai keterampilan.

*Faktor yg mempengaruhi gaya belajar anak*:

 1. *Faktor Bawaan*.
🏄🏃🏂🏊
Misalnya jika ada seorang anak memiliki fisik kuat dan prima sehingga cenderung memiliki gaya belajar kinestik.
🎶🎵🎤🎼🎻🎸🎺
Atau ada juga anak yang memiliki rasa seni tinggi sehingga gaya belajar visual lebih melekat dalam dirinya.

Jika salah satu indra kurang berfungsi secara maksimal, maka umumnya indra lain akan menggantikannya.

Jika penglihatan seorang anak kurang berfungsi, maka indra pendengarannya lebih menonjol sehingga ia lebih peka terhadap suara atau bunyi-bunyian.

Contohnya, para penyandang tunanetra biasanya memiliki indra pendengaran yang sangat tajam.

2. *Pola Asuh*.

Maksudnya, gaya belajar ditentukan oleh sejauh mana orang tua melakukan stimulasi terhadap masing-masing indra anaknya.

🎭🎭🎭
*Anak yang sejak kecil terbiasa dibacakan dongeng*, boleh jadi akan terbiasa untuk mengasah kemampuan pendengarannya.
Ia juga bisa cepat mencerna ucapan sang pendongeng. Akibatnya, anak akan cenderung menjadi seorang auditory learner dalam gaya belajarnya.

🎨🎨🎨
*Sementara anak seorang pelukis*, yang mayoritas waktunya lebih tercurah untuk mengamati detail-detail gambar orang tuanya biasanya akan menjadi seseorang dengan tipe belajar visual.

*Sebenarnya Apa Sih Definisi Gaya Belajar Itu?*

Gaya belajar mengacu pada cara belajar yang lebih disukai pembelajar.

 "Umumnya, dianggap bahwa gaya belajar seseorang berasal dari variabel kepribadian, termasuk susunan kognitif dan   psikologis latar belakang sosio cultural, dan pengalaman pendidikan". (Nunan, 1991: 168).

"Keanekaragaman gaya belajar siswa perlu diketahui pada awal permulaannya diterima pada suatu lembaga pendidikan yang akan ia jalani. Hal ini akan memudahkan bagi pembelajar untuk belajar maupun pembelajar untuk mengajar dalam proses pembelajaran. Pembelajar akan dapat belajar dengan baik dan hasil belajarnya baik, apabila ia mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan pembelajar dapat menerapkan pembelajaran dengan mudah dan tepat." ( Kolb 1984 ).

*Tipe Gaya Belajar*

*Menurut Howard Gardner*, modalitas belajar tersebut dapat dikarakteristik menjadi gaya belajar Auditory, Visual, Reading dan Kinesthetic.

Namun ternyata ada beberapa *7 tipe gaya belajar* yang dipaparkan dalam materi Diklat PAUD yang diselenggarakan oleh HIMPAUDI Kab. Bantul tahun 2009.
*Apa 7 Tipe Itu?*

(1) *Linguistik*

*Berpikir*: Dalam kata-kata.
*Menyukai*: Membaca, menulis, menceritakan, bermain kata-kata, dsb.
*Membutuhkan*: Buku-buku, kertas, diary, dialog, diskusi, cerita-cerita, dsb.

(2) *Logika-Matematis*

*Berpikir*: Dengan menalar.
*Menyukai*: Bereksperimen, menanyakan, mengatasi teka-teki logika, menghitung, dsb.
*Membutuhkan*: Benda-benda yang dapat diselidiki dan dipikirkan, materi-materi ilmiah yang dapat diutak-atik, kunjungan ke planetarium atau museum ilmiah.

(3) *Ruang*

*Berpikir*: Gambar-gambar.
*Menyukai*: Merancang, menggambar, memvisualisasikan, dsb.
*Membutuhkan* : Seni, logo, video, film, slide, permainan imaginasi, maze, puzzle, buku-buku ilustrasi, kunjungan ke museum.

(4) *Fisik*

*Berpikir*: Melalui sensasi somatik.
*Menyukai*: Berlari, melompat, membangun, menyentuh, dsb.
*Membutuhkan*: Permainan peran, drama, gerakan, benda-benda yang bisa dibangun, olah raga dan permainan fisik, dsb.

(5). *Interpersonal*

*Berpikir*: Dengan memantulkan ide-ide mereka terhadap orang lain.
*Menyukai*: Memimpin, berorganisasi, berelasi, menengahi, dsb.
*Membutuhkan*: Kawan, kelompok permainan, perkumpulan sosial, acara komunitas, atau klub.

(6) *Pribadi*

*Berpikir*: Jauh ke dalam dirinya.
*Menyukai*: Membentuk tujuan, menyendiri, bermimpi, berdiam diri, dan berencana.
*Membutuhkan*: Tempat-tempat rahasia, waktu sendirian, proyek-proyek pribadi, pilihan-pilihan.

(7) *Alam*

*Berpikir*: Dengan analogi yang ada di alam.
*Menyukai*: Berada di alam.
*Membutuhkan* : Bereksplorasi bebas, berhubungan, dan menyentuh tanah, air, hewan, dan angin.

Sedangkan, *Funders and Founders* mendeskripsikan gaya belajar dalam 9 tipe.

*Apa 9 Tipe Itu?*

*1. Visual*

Ini adalah tipe orang yang banyak belajar dan memahami sesuatu dengan melihat.

Buku, foto, video, diagram, serta berbagai materi visual yang menarik pasti akan dia lahap.

*2. Auditory*

Tipe orang yang mudah mengingat ucapan orang lain dan penjelasan verbal.

Tipe ini bisa menangkap pelajaran dengan menyimak penjelasan dosen dan guru di kelas. Atau bisa juga mendengarkan rekaman suara yang membahas materi pelajaran.

*3. Kinestetik*

Tipe belajar dengan mengandalkan aspek fisik dan gerakan.

Tipe ini butuh memegang dan merasakan hal-hal yang dia pelajari, nggak sekadar melihat atau mendengar materinya.

Biasanya, sih,  senang belajar dengan bantuan alat peraga, praktek langsung di lab, atau dengan flash card (kartu yang berisi materi pelajaran). Seenggaknya, flash cardmembuat suasana belajar lebih menarik, karena tipe ini jadi bisa menyentuh kartu serta menggerakkan tangan.

*4. Memanfaatkan Stres*

Ternyata stres itu nggak melulu berakibat negatif. Malah, ada orang yang lebih fokus belajar saat stres. Banyaknya tugas dan ujian justru memacu tipe ini menjadi berprestasi.

Pelajar tipe ini bisa mengelola stres dan tough menghadapi situasi under pressure. Bahkan mereka justru butuh tantangan. Sebaliknya, kondisi santai bakal membuatnya lemah.
Trik untuk pelajar tipe ini adalah pasang target, supaya selalu terpacu untuk memenuhinya.

*5. Serba Relaks*

Kebalikan dengan tipe sebelumnya, pelajar tipe malah bisa performdengan baik saat merasa nyaman dan santai. Jadi dia harus membangun suasana yang relaks untuk belajar.

Olahraga, aromaterapi, camilan sehat bisa membantu membangun suasana jadi menyenangkan.

*6. Menulis*

Rahasia tipe ini untuk menyerap pelajaran adalah dengan menuliskannya. Bisa dengan menulis catatan di kelas, bikin rangkuman, menjawab latihan pertanyaan dan lain sebagainya.

Tipe ini, biasanya sebelum ujian,  menyalin rangkuman pelajaran.

*7. Menyimak orang yang terpercaya/berpengaruh*

Kalau guru/orang yang menyampaikan pelajaran tampilinspiring dan bisa berkomunikasi dengan baik, maka pengaruhnya akan sangat terasa untuk tipe ini.

Proses belajar tipe ini akan efektif jika menyimak orang yang kompeten/berpengaruh. Alhasil, tipe ini perlu mencari guru atau pembimbing yang benar-benar bagus serta dapat menerangkan dengan baik dan jelas.

*8. Mengajar*

Cara belajar yang paling efektif untuk tipe ini adalah dengan mengajari orang lain. Menelaah pelajaran kemudian menyampaikannya ke orang lain, bikin makin cepat menguasai materi tersebut.

Makanya, banyak yang bilang kalau ngajarin orang lain justru bikin tipe ini makin pintar.

*9. Meniru*

“Learning by doing exactly the same thing”, itulah tipe ini. Dengan meniru, bisa menguasai dan memahami suatu materi. Artinya,  perlu contoh yang bagus.

Untungnya, berkat Youtube, medsos dan perkembangan teknologi, menemukan guru/ tutor untuk diikutii nggak susah lagi.


Demikianlah tipe gaya belajar mudah-mudahan dapat menjadi bahan acuan kita untuk menentukan cara belajar yang baik dan pas untuk kita sehingga mampu menyerap pelajaran dengan baik.

Nah sekarang mana gaya belajar anda, pasangan atau anak anda?

Referensi:
1. https://emirina.wordpress.com/2009/03/17/gaya-belajar-pada-anak/
2. https://www.google.co.id/amp/s/blog.ruangguru.com/7-gaya-belajar%3fhs_amp=true
3. http://ummiummi.com/7-gaya-belajar-anak
4. http://www.parenting.co.id/usia-sekolah/gaya+belajar+anak
5. https://www.youthmanual.com/post/dunia-sekolah/akademik/9-gaya-belajar-dan-menghafal-kamu-termasuk-tipe-yang-mana
Share:
Continue Reading →

Kamis, 08 Februari 2018

Prepared Environment dalam Montessori

Melanjutkan berbagi pengalaman belajar metode Montessori yang sebelumnya saya ceritakan disini. Apa yang saya tulis ini merupakan rangkuman file dan penjelasan guru kami di grup WA.

Yang paling pertama kami bahas adalah setting environment atau menyiapkan lingkungan.
Ini ternyata sangat wajib, karena merupakan modal utama menerapkan metode montessori.

Lingkungan dan ruangan harus diupayakan agar bisa diekloprasi oleh anak dengan aman dan nyaman. Jika ingin menerapkan montessori di rumah berarti rumah kita harus disetting aman, tidak membahayakan anak ketika berekplorasi dan anak nyaman bebas bergerak.

Setting Ruangan ala Montessori
Ruang tidur ala montessori biasanya diisi dengan kasur tanpa ranjang, terutama untuk anak di bawah 3 tahun agar tidak terjatuh dan mudah dibersihkan.
Kamar bayi biasanya ada mainan yang dipajang dan kaca cermin yang ditaruh aman di dinding sehingga bayi bisa bermain main dan memperhatikan ekspresinya sendiri.

Sumber: howwemontessori.com)

Kata kuncinya: Help me to do it by my self

Lemari pakaian sebaiknya mudah digapai anak, sehingga anak bebas memilih sendiri pakaian yang akan dia kenakan.

Dapur rumah harus aman untuk diekslplor anak. Tempatkan barang-barang yang membahayakan seperti pisau di bagian atas, sehingga tidak dengan mudah anak gapai tanpa pengawasan.
Sumber: howwemontessori.com)
Untuk latihan keterampilan hidup, sediakan bangku atau kursi agar anak bisa menggapai alat/barang yang tidak berbahaya, seperti wastafel atau dispenser misalnya. Beri rak/meja kecil khusus untuk anak belajar menuang, menyendok, memotong dan sebagainya dalam pengawasan.

Kamar mandi bersih, tidak licin, ada ember/bak dan gayung kecil yang bisa digunakan anak sehingga mereka bisa belajar mandi sendiri, ada bangku atau step tool agar mudah menggunakan toilet ataupun wastafel.

Buat perpustakaan mini, pajang buku-buku anak sehingga sering mereka melihat dan mudah mereka ambil. Jika punya kebun atau taman lebih baik lagi..karena anak bisa belajar dengan alam secara langsung.

Montessori juga sangat memperhatikan perkembangan motorik kasar anak, maka jika memungkinkan, fasilitasi mereka agar bisa lebih banyak bergerak.
Seperti ayunan, tangga, perosotan, panjat-panjatan, sepeda, trampolin dan sebagainya. Atau jika tidak mampu sering-seringlah membawa anak ke tempat yang mereka bisa bebas bergerak memperkuat motoriknya.
Anak yang tersalurkan kebutuhan fisiknya,biasanya ketika diberi material montessori bisa anteng. Kalau kurang terpuaskan bermain fisik biasanya yang ada malah membuat berantakan. 😅
Dalam montessori, ada lima area yaitu:
Area bahasa, area matematika, area sensorial, area keterampilan hidup dan area budaya. 
Kita bisa menempatkan rak atau furniture untuk memajang material montessori sesuai lima area tersebut. atau bisa juga, jika tidak memadai, bisa menggunakan satu rak saja untuk memajang material tersebut dengan bergilir (material/alat montessori yang dipajang disesuaikan dengan usia anak)
Suasana dalam Kelas Montessori
Berbeda dengan kebanyakan PAUD atau TK, ruangan montessori lebih didesain "dewasa".
Warna temboknya tidak berwarna-warni dan mencolok, tapi lebih ke warna natural .

Jika biasanya kita menempel gambar atau stiker di dinding dengan tujuan agar suasananya lebih "keanak-anakan" atau poster-poster pembelajaran dengan tujuan anak lebih mudah menghapal, maka dalam montessori itu tidak disarankan.
Apalagi jika yang ditempel itu gambar kartun, tokoh imajinatif seperti princess, disney, dan sebagainya sebaiknya dihindari, karena akan merusak kecerdasan naturalis anak.

Jikapun tetap ingin memajang poster belajar seperti abjad warna-warni, pastikan ada bingkainya.
Jika anak dalam fase mencoret, sediakan banyak kertas dan anjurkan untuk melakukannya di kertas. jika sudah terlanjur di tembok, cukup tawarkan mencoret di kertas. Bisa juga sediakan tembok atau ubin khusus agar mereka senang.

Material Montessori
Prepared environment dalam montessori termasuk pemilihan mainan yang bukan cuma mainan, tapi sesuatu yang disengaja dibuat untuk menstimulasi anak sesuai dengan masa sensitifnya.
Montessori tidak menyarankan mainan elektronik atau mainan plastik berwarna-warni.
Mainan montessori juga tidak disebut sebagai mainan, tapi aparatus/hands on material dan itu semuanya berkonsep. Jadi anak tidak hanya memainkan saja, tapi setiap apa yang mereka pegang itu jelas mengajarkan apa. Hands on material benar-benar sesuatu yang berharga buat anak walaupun tu berbentuk sebuah mainan.

Kalau di rumah anak kita punya mainan selain alat montessori, sebaiknya pisahkan dan simpan di wadah tertentu dimana mereka bisa memainkan dan menyimpannya dengan rapi.
Untuk permainan "pretend play" seperti masak-masakan, dokter-dokteran atau boneka puppet, dan sebagainya sebenarnya boleh-boleh saja, tapi itu lebih ke pendukung untuk pengayaan kosa kata anak.
Jika ingin mengenalkan anak tentang memasak lebih baik langsung mengajak memasak bersama, ajari practical life
Jika ingin mengenalkan anak tentang dokter, ajaklah mereka bertemu dengan dokter, mengobrol langsung dengan dokter. Ya..montessori seperti itu, lebih real, lebih natural.

Tujuan Utama Metode Montessori
saya kutip dari penjelasan bu Mini, guru kami.
Metode montessori dibuat berdasarkan tingkah laku dan masa perkembangan anak. 
Montessori sudah mengadakan observasi selama 30 tahun tentang perkembangan anak manusia itu..
Montessori mengembalikan pola asuh kepada perkembangan anak manusia pada naturalnya sampai dia dewasa walau sudah tidak umum lagi dipakai.
Coba deh perhatikan anak kita..seringnya mereka ingin mengikuti apa yang kita lakukan dan cenderung ingin mandiri. Kenapa tidak fasilitasi saja selagi aman?


Share:
Continue Reading →

Mengamati Gaya Belajar Anak (day 4)

Masih sulit mengklasifikasikan gaya belajar Bilal di umurnya yang baru 2tahun 9 bulan.
Dia selalu bergerak menyibukkan diri sehingga ketika hanya melihat sesekali saja, kebanyakan orang langsung melabeli Bilal termasuk kinestetik.

Bilal suka berbicara. Ketika berbicara muka dia ekspresif sekali, tangannya juga ikut bergerak.
Kalau kita tidak merespon biasanya akan ditambah dengan gerakan-gerakan mencari perhatian.
Seperti kemarin, saya sedang berbicara dengan Pandanya kemudian Bilal juga mengajak berbicara. Saya hanya merespon sedikit dengan anggukan dan meneruskan pembicaraan dengan Panda.

Berkali-kali mukaku ditarik dihadapkan ke mukanya. Sadar kalau dia butuh perhatian, saya menghentikan obrolan.
"Bilal, tadi bunda ngomong sama Panda dulu. Kalo ada yang sedang ngomong, tunggu sebentar. Kalo menyela itu mengganggu. Bunda sudah selesai sama panda. Bilal mau ngomong apa?"
"Bunda tidak mendengar..", jawabnya
"Bunda minta maaf ya, bunda mau dengar"
Lalu dia mulai bercerita panjang lebar.

Kalau tipe kinestitek dikatakan bahwa cirinya ialah pelan ketika berbicara, tapi saya rasa Bilal tidak seperti itu..bicaranya cepat.
Satu lagi, Bilal mudah terganggu ketika ada yang menyela juga. Sementara ciri tipe kinestetik ialah tidak mudah terganggu keributan. Naah..makin bingung kan? 😁
Lanjut observasi...

Share:
Continue Reading →

Rabu, 07 Februari 2018

Cemilan 2: Kapan Gaya Belajar Mulai Dimiliki Anak?

_Camilan 2_
Rabu, 7 Februari 2018

*Tipe Gaya Belajar -Kapan Gaya Belajar Mulai Dimiliki Anak?*

📚📚🏆🏆📚📚

Camilan kali ini, kita akan membahas secara spesifik tentang *Tipe Gaya Belajar* dan
 *Kapan Gaya Belajar Mulai Dimiliki Anak?*

Biasanya, gaya belajar anak mulai terlihat jelas dan konsisten pada usia di atas 3 tahun.

Pada saat itu anak mulai menunjukkan cara belajarnya yang efektif karena rentang perhatiannya sudah berkembang cukup baik dan fungsi-fungsi penunjang belajar lainnya, seperti kemampuan motorik dan postur tubuh, juga sudah berkembang siap untuk mengolah informasi.

Orangtua dapat mengamati dari kegiatan anak sehari-hari, terutama bagaimana anak menerima informasi baru, mengingat, dan memahaminya.

Biasanya anak akan menunjukkan satu gaya belajar yang dominan, artinya ia akan lebih efektif menggunakan gaya belajar tersebut untuk dapat memahami pengetahuan atau menguasai keterampilan.

*Faktor yg mempengaruhi gaya belajar anak*:

 1. *Faktor Bawaan*.
🏄🏃🏂🏊
Misalnya jika ada seorang anak memiliki fisik kuat dan prima sehingga cenderung memiliki gaya belajar kinestik.
🎶🎵🎤🎼🎻🎸🎺
Atau ada juga anak yang memiliki rasa seni tinggi sehingga gaya belajar visual lebih melekat dalam dirinya.

Jika salah satu indra kurang berfungsi secara maksimal, maka umumnya indra lain akan menggantikannya.

Jika penglihatan seorang anak kurang berfungsi, maka indra pendengarannya lebih menonjol sehingga ia lebih peka terhadap suara atau bunyi-bunyian.

Contohnya, para penyandang tunanetra biasanya memiliki indra pendengaran yang sangat tajam.

2. *Pola Asuh*.

Maksudnya, gaya belajar ditentukan oleh sejauh mana orang tua melakukan stimulasi terhadap masing-masing indra anaknya.

🎭🎭🎭
*Anak yang sejak kecil terbiasa dibacakan dongeng*, boleh jadi akan terbiasa untuk mengasah kemampuan pendengarannya.
Ia juga bisa cepat mencerna ucapan sang pendongeng. Akibatnya, anak akan cenderung menjadi seorang auditory learner dalam gaya belajarnya.

🎨🎨🎨
*Sementara anak seorang pelukis*, yang mayoritas waktunya lebih tercurah untuk mengamati detail-detail gambar orang tuanya biasanya akan menjadi seseorang dengan tipe belajar visual.

*Sebenarnya Apa Sih Definisi Gaya Belajar Itu?*

Gaya belajar mengacu pada cara belajar yang lebih disukai pembelajar.

 "Umumnya, dianggap bahwa gaya belajar seseorang berasal dari variabel kepribadian, termasuk susunan kognitif dan   psikologis latar belakang sosio cultural, dan pengalaman pendidikan". (Nunan, 1991: 168).

"Keanekaragaman gaya belajar siswa perlu diketahui pada awal permulaannya diterima pada suatu lembaga pendidikan yang akan ia jalani. Hal ini akan memudahkan bagi pembelajar untuk belajar maupun pembelajar untuk mengajar dalam proses pembelajaran. Pembelajar akan dapat belajar dengan baik dan hasil belajarnya baik, apabila ia mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan pembelajar dapat menerapkan pembelajaran dengan mudah dan tepat." ( Kolb 1984 ).

*Tipe Gaya Belajar*

*Menurut Howard Gardner*, modalitas belajar tersebut dapat dikarakteristik menjadi gaya belajar Auditory, Visual, Reading dan Kinesthetic.

Namun ternyata ada beberapa *7 tipe gaya belajar* yang dipaparkan dalam materi Diklat PAUD yang diselenggarakan oleh HIMPAUDI Kab. Bantul tahun 2009.
*Apa 7 Tipe Itu?*

(1) *Linguistik*

*Berpikir*: Dalam kata-kata.
*Menyukai*: Membaca, menulis, menceritakan, bermain kata-kata, dsb.
*Membutuhkan*: Buku-buku, kertas, diary, dialog, diskusi, cerita-cerita, dsb.

(2) *Logika-Matematis*

*Berpikir*: Dengan menalar.
*Menyukai*: Bereksperimen, menanyakan, mengatasi teka-teki logika, menghitung, dsb.
*Membutuhkan*: Benda-benda yang dapat diselidiki dan dipikirkan, materi-materi ilmiah yang dapat diutak-atik, kunjungan ke planetarium atau museum ilmiah.

(3) *Ruang*

*Berpikir*: Gambar-gambar.
*Menyukai*: Merancang, menggambar, memvisualisasikan, dsb.
*Membutuhkan* : Seni, logo, video, film, slide, permainan imaginasi, maze, puzzle, buku-buku ilustrasi, kunjungan ke museum.

(4) *Fisik*

*Berpikir*: Melalui sensasi somatik.
*Menyukai*: Berlari, melompat, membangun, menyentuh, dsb.
*Membutuhkan*: Permainan peran, drama, gerakan, benda-benda yang bisa dibangun, olah raga dan permainan fisik, dsb.

(5). *Interpersonal*

*Berpikir*: Dengan memantulkan ide-ide mereka terhadap orang lain.
*Menyukai*: Memimpin, berorganisasi, berelasi, menengahi, dsb.
*Membutuhkan*: Kawan, kelompok permainan, perkumpulan sosial, acara komunitas, atau klub.

(6) *Pribadi*

*Berpikir*: Jauh ke dalam dirinya.
*Menyukai*: Membentuk tujuan, menyendiri, bermimpi, berdiam diri, dan berencana.
*Membutuhkan*: Tempat-tempat rahasia, waktu sendirian, proyek-proyek pribadi, pilihan-pilihan.

(7) *Alam*

*Berpikir*: Dengan analogi yang ada di alam.
*Menyukai*: Berada di alam.
*Membutuhkan* : Bereksplorasi bebas, berhubungan, dan menyentuh tanah, air, hewan, dan angin.

Sedangkan, *Funders and Founders* mendeskripsikan gaya belajar dalam 9 tipe.

*Apa 9 Tipe Itu?*

*1. Visual*

Ini adalah tipe orang yang banyak belajar dan memahami sesuatu dengan melihat.

Buku, foto, video, diagram, serta berbagai materi visual yang menarik pasti akan dia lahap.

*2. Auditory*

Tipe orang yang mudah mengingat ucapan orang lain dan penjelasan verbal.

Tipe ini bisa menangkap pelajaran dengan menyimak penjelasan dosen dan guru di kelas. Atau bisa juga mendengarkan rekaman suara yang membahas materi pelajaran.

*3. Kinestetik*

Tipe belajar dengan mengandalkan aspek fisik dan gerakan.

Tipe ini butuh memegang dan merasakan hal-hal yang dia pelajari, nggak sekadar melihat atau mendengar materinya.

Biasanya, sih,  senang belajar dengan bantuan alat peraga, praktek langsung di lab, atau dengan flash card (kartu yang berisi materi pelajaran). Seenggaknya, flash cardmembuat suasana belajar lebih menarik, karena tipe ini jadi bisa menyentuh kartu serta menggerakkan tangan.

*4. Memanfaatkan Stres*

Ternyata stres itu nggak melulu berakibat negatif. Malah, ada orang yang lebih fokus belajar saat stres. Banyaknya tugas dan ujian justru memacu tipe ini menjadi berprestasi.

Pelajar tipe ini bisa mengelola stres dan tough menghadapi situasi under pressure. Bahkan mereka justru butuh tantangan. Sebaliknya, kondisi santai bakal membuatnya lemah.
Trik untuk pelajar tipe ini adalah pasang target, supaya selalu terpacu untuk memenuhinya.

*5. Serba Relaks*

Kebalikan dengan tipe sebelumnya, pelajar tipe malah bisa performdengan baik saat merasa nyaman dan santai. Jadi dia harus membangun suasana yang relaks untuk belajar.

Olahraga, aromaterapi, camilan sehat bisa membantu membangun suasana jadi menyenangkan.

*6. Menulis*

Rahasia tipe ini untuk menyerap pelajaran adalah dengan menuliskannya. Bisa dengan menulis catatan di kelas, bikin rangkuman, menjawab latihan pertanyaan dan lain sebagainya.

Tipe ini, biasanya sebelum ujian,  menyalin rangkuman pelajaran.

*7. Menyimak orang yang terpercaya/berpengaruh*

Kalau guru/orang yang menyampaikan pelajaran tampilinspiring dan bisa berkomunikasi dengan baik, maka pengaruhnya akan sangat terasa untuk tipe ini.

Proses belajar tipe ini akan efektif jika menyimak orang yang kompeten/berpengaruh. Alhasil, tipe ini perlu mencari guru atau pembimbing yang benar-benar bagus serta dapat menerangkan dengan baik dan jelas.

*8. Mengajar*

Cara belajar yang paling efektif untuk tipe ini adalah dengan mengajari orang lain. Menelaah pelajaran kemudian menyampaikannya ke orang lain, bikin makin cepat menguasai materi tersebut.

Makanya, banyak yang bilang kalau ngajarin orang lain justru bikin tipe ini makin pintar.

*9. Meniru*

“Learning by doing exactly the same thing”, itulah tipe ini. Dengan meniru, bisa menguasai dan memahami suatu materi. Artinya,  perlu contoh yang bagus.

Untungnya, berkat Youtube, medsos dan perkembangan teknologi, menemukan guru/ tutor untuk diikutii nggak susah lagi.


Demikianlah tipe gaya belajar mudah-mudahan dapat menjadi bahan acuan kita untuk menentukan cara belajar yang baik dan pas untuk kita sehingga mampu menyerap pelajaran dengan baik.

Nah sekarang mana gaya belajar anda, pasangan atau anak anda?

Referensi:
1. https://emirina.wordpress.com/2009/03/17/gaya-belajar-pada-anak/
2. https://www.google.co.id/amp/s/blog.ruangguru.com/7-gaya-belajar%3fhs_amp=true
3. http://ummiummi.com/7-gaya-belajar-anak
4. http://www.parenting.co.id/usia-sekolah/gaya+belajar+anak
5. https://www.youthmanual.com/post/dunia-sekolah/akademik/9-gaya-belajar-dan-menghafal-kamu-termasuk-tipe-yang-mana
Share:
Continue Reading →

Mengamati Gaya Belajar Anak (day 3)



Ada beberapa ciri tipe auditory yang sering ditampilkan Bilal ketika berinteraksi dengan kami. Salah satunya ialah pembicara yang fasih.

Bilal alhamdulillah masya Allah sudah lancar berbicara sejak usia 18bulan.
Caranya berbicara juga mengikuti nada yang sering dia dengar, terutama dari bahasa ibunya. 
Maka sebagai orangtuanya kami harus selalu menjaga lisan karena tiap saat anak dalam mode meniru, termasuk apa yang dia dengar.

Bentuk Ikhtiar kami agar telinganya terbiasa mendengar asma Allah adalah dengan membiasakan mengucapkan lafadz dzikrullah dimana saja dan situasi apa saja, dan mengajak membaca doa sehari-hari. 

Tidak pernah kami menuntut dia harus menghapal doa dan bacaan-bacaan tersebut. Tapi alhamdulillah ada saja yang tertanam.

Kemarin (Selasa, 6/2/2018) ketika naik mobil dalam perjalanan tiba-tiba Bilal menghapal doa bangun tidur 😅.
Kalo mau di-pas-pasin sih...memang waktu itu baru beberapa menit setelah dia bangun (sempat ketiduran di mobil setelah lelah melompat-lompat)😅.

Ciri lain yang sering ditunjukkan Bilal ketika berbicara, matanya selalu melirik ke kiri-ke kanan.

Ketika sedang berbicara kemudian ada suara lain yang menginterupsi, biasanya langsung buyar dan lupa atau bingung mau ngomong apa, hehe..

Saya lebih senang mengobservasi kejadian-kejadian unik alami yang Bilal tunjukkan seperti ini ketika merespon sesuatu atau stimulus yang diberikan.
Saya siap mencatat tiap temuan yang ada!!
Sekian dulu lah hasil pengamatan hari ketiga 😬😬😬
Share:
Continue Reading →

Selasa, 06 Februari 2018

Mengamati Gaya Belajar Anak (day 2)

Hari Senin kami melakukan perjalanan mengendarai mobil travel dari Kab. Pinrang, Sulawesi Selatan menuju Bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Kami hendak pulang ke Surabaya setelah menghadiri acara nikahan adek saya di Makassar.

Perjalanan yang cukup panjang. Kurang lebih 4 jam lamanya. Bilal sepanjang perjalanan terus bercerita, dan melompat-lompat di kursi mobil.

Kami sengaja menyewa 3 kursi agar lebih nyaman tanpa perlu memangku Bilal, jika tertidur pun bisa lebih leluasa.
Nyatanya..2 jam perjalanan Bilal asyik bermain dan mengomentari apa saja yang dia lihat.
"Bunda..kita naik jembatan. Ada sungai di bawahnya. Huaaa..ada perahu. Disanaaa", "Ini dimana bunda? Kita naik ke punjak gunung kah?", Seru Bilal berkali-kali. Jika mataku mulai tertutup, dia membangunkan. "mataharinya sudah terang",katanya.

Karena terus melompat di kursi sementara mobil melaju,saya minta dia untuk duduk tapi tidak juga menurut. Hingga ketika hampir terjatuh baru Bilal mau duduk dan memintaku untuk memegang tangannya.
Pandanya bilang memang seperti itu anak kinestetik, dia baru akan percaya ketika mengalaminya sendiri 😏.

Sambil duduk Bilal masih terus bercerita, saya ajak untuk berdzikir ketika melewati jalan menanjak dan menurun.
Lalu kami bermain tebak-tebakan jalan apa yang akan kami lewati selanjutnya sambil berdzikir "Bunda, disana..jalan mendaki".
"ayo kita ucap Allahu akbar, Bilal".
" Jalan menurun..Subhanallah.."

Bilal sempat tertidur di mobil sekitar sejam lamanya.
Ketika sampai di bandara, ternyata pesawat kami delay. Kami harus menunggu sejam lagi.
Bilal bermain dengan anak-anak lainnya di area bermain anak di bandara sambil menunggu.

Di pesawat pun sama..Bilal tidak tidur dan asyik bermain, sementara bunda dan Pandanya sudah mengantuk 😌

Alhamdulillah..kami tiba di Surabaya sekitar jam 17.30.
Baru sampai di rumah eyang utinya, Bilal makin bersemangat karena
 disambut mainan puzzle hadiah dari eyang uti dan ada juga beberapa puzzle yang baru datang, hasil belanja online bundanya wkwk..


Ketika bermain puzzle Bilal menampilkan modalitas visual, saya mengamati bagaimana dia perlahan memperhatikan sisi puzzle dan mencocokkannya.
Sambil menyusun juga Bilal beberapa kali bergumam memikirkan apakah potongan puzzle yang diambilnya sudah sesuai.
Menggerakkan bibir sambil belajar termasuk ciri gaya belajar auditory.

Hasil pengamatan Senin, 5 Februari 2018 Bilal menampilkan beberapa modalitas Kinestetik, Visual, Auditory sesuai situasi dan stimulasi yang diberikan.

Share:
Continue Reading →

Senin, 05 Februari 2018

Mengamati Gaya Belajar day 1

Tantangan kali ini mengamati gaya belajar anak.
Saya dan padanya Bilal agak berbeda pandangan , hehe..
Dari awal pandanya sudah yakin Bilal condong kinestetik. Mungkin karena melihat Bilal yang hampir tidak pernah diam.
Sedangkan saya masih mengobservasi,malah merasa Bilal.menggunakan kombinasi semua gaya belajar.

Menurutku usia 2-3tahun masih dalam masa eksplorasi semua mau dicoba. Modalitas yang ditampilkan selang-seling antara kinestetik, audiotory, visual dan kombinasi.
Kebutuhan Bilal untuk motoriknya baik kasar maupun halus sedang di masa emasnya.
Jadi stimulasi yang diberikan selama masa eksplorasi itu bisa juga mempengaruhi gaya belajar, hingga nanti dia bisa menemukan sendiri  yang mana yang paling nyaman.

Hari pertama pengamatan saya dan Pandanya Bilal mengisi ceklis ini
dan ternyata condong ke kinestetik-auditory, dengan hasil 3 nilai untuk kinestetik dan 2 untuk auditory.

Sepanjang hari kami amati memang Bilal terus bergerak. Sangat jaraaaang, bahkan hampir bisa dibilang tidak pernah diam kecuali sedang tidur, hehe.. Kerjaannya berlari, berputar, melompat, dan bicaranya banyak 😁.

Eh.. ketika malam hari tiba-tiba minta spidol warna dan kertas, ternyata bisa juga khusyuk tenang menggambar.
Ada kurang lebih 10 menit tanpa suara 😁. Setelah menggambar baru dia semangat bercerita tentang apa yang dia gambar, hehe..

Ketika menggambar,modalitas yang dia tampilkan termasuk visual bukan ya?
Bilal waktu itu menggambar elang
Meski tidak sempurna, tapi bagian-bagian dari burung sudah tepat. Ada sayapnya, mata, dan paruh.
Baiklah.. mari kita lanjut mengamati lagi 😊

Share:
Continue Reading →