Sabtu, 31 Maret 2018

Matematika di Sekitar Kita (day 1)

Waah..masuk materi mestimulasi matematika logis pada anak.
Jujur nih.. kalau lihat angka-angka saya memilih kabur, kecuali angka pada duit 😝. Ya, mungkin karena dulu kurang stimulasi, tidak menganggap matematika itu mengasyikkan, akhirnya bisa mengerjakan soal tapi tidak suka.

Padahal matematika itu ternyata dekat sekali dengan keseharian kita. Kalau katanya anak usia dini jangan diajarkan calistung sama sekali, saya kurang setuju. Mungkin maksudnya mengajarkan dengan dipaksa, mengerjakan worksheet dsb. yaa..
Kalau bisa dengan cara menyenangkan, anak-anak akan menganggap matematika, hitung-hitungan itu seru 😍


Contoh bagaimana matematika ada di sekitar kita. Ketika kita di dapur, anak-anak bisa diajar masak bareng. Sama-sama menakar bumbu, menimbang berat tepung, berapa bawang yang harus dipakai.

Atau ketika lagi makan kue. Kita meminta untuk membagi dengan adiknya, mereka sedang belajar pembagian 1/2.

Ketika mengajarkan sholat, harus tau berapa rakaatnya,dan masih banyak lagi contoh lainnya.

Hari Sabtu, Bilal ikut kami ke pasar membeli kebutuhan dapur.
Di pasar tentu banyak yang bisa dia lihat,bagaimana kami berinteraksi dengan penjual, itu matematika juga kan?

Kami juga membeli oven disana,membandingkan oven yang besar dan kecil. Bilal suka yang kecil. Kami pun setuju membeli yang kecil saja.

Sampai di rumah ketika sedang mensortir belanjaan, memasukkan ayam ke kulkas, dan bumbu pada tempatnya Bilal juga ikut membantu.

Dia sempat menghitung kaki-kaki ayamnya, hihihi..ternyata kaki ayam ada dua. Total jarinya ada 8 katanya, jari tangan Bilal ada 10.

Saya yang waktu itu sedang membersihkan tangan di wastafel,jadi menoleh..oh iya,jari ayam memang ada empat yaa di tiap kakinya. Saya nda pernah memperhatikan, hihihi..
Share:

0 komentar:

Posting Komentar