"Bunda, gimana ini cara bukanya?",tanya Bilal sambil menyodorkan sebungkus wafer.
Saya lalu menunjukkan caranya "Begini Bilal, dirobek dulu ujungnya, terus kita tariiik, hehe".."Ini, silakan", kataku memberi wafer yang sudah dibuka bungkusnya
Saya suka caranya meminta dibantu. Alih-alih langsung meminta dibukakan wafernya, Bilal memilih bertanya "bagaimana caranya?"
Saya jadi teringat materi matrikulasi IIP yaitu "Belajar Bagaimana Caranya Belajar".
Melatih anak terampil bertanya adalah salah satu hal yang harus kita pelajari untuk mengasah intelectual curiousity, kreatifitas dan pemahaman anak.
Kalo untuk balita, kemampuan berfikirnya bisa ditumbuhkan dengan cara aktif bertanya pada si anak.
Jadilah..saya memutuskan untuk berlatih menerapkan apa yang telah saya pelajari itu.
Dalam berkomunikasi dengan anak bisa kita selipkan beberapa kalimat tanya ( How, Where, What, When, Who,Why, Which one) agar komunikasi menjadi lebih produktif.
Misalnya ketika ada masalah.
Kalau anak sulit mengungkapkan perasaannya, bisa kita bantu dengan memberi nama perasaannya seperti "kamu sedih ya?" atau jika anak menunjukkan kesusahan karena kemampuan problem solvingnya masih terbatas bisa kita bantu mencarikan solusinya. Namun seperti yang dituliskan dalam materi cemilan "Membangun Komunikasi Positif Orangtua-Anak"
- Dibandingkan menolak/ meremehkan perasaan anak dengan kata "masa sih..cuma segitu aja kamu blablabla", akan lebih baik kalo kita berempati, bertanya bagaimana perasaanya, apa yang membuatnya merasa seperti itu?D
- Dibandingkan menasehati dengan kata-kata "mestinya kamu ….”,“makanya …” akan lebih baik jika mengajak anak berpikir apa yang baik atau tidak baik dilakukan, baru setelah itu kita bisa menyampaikan pesan.
- Dibandingkan menganalisa dengan kata-kata "ini karena kamu blablabla..seharusnya blablabla" akan lebih baik jika kita bertanya ada apa? Kenapa sampai terjadi seperti itu dan apa yang harus dilakukan agar tidak seperti itu lagi?
Kalau anak sulit mengungkapkan perasaannya, bisa kita bantu dengan memberi nama perasaannya seperti "kamu sedih ya?" atau jika anak menunjukkan kesusahan karena kemampuan problem solvingnya masih terbatas bisa kita bantu mencarikan solusinya. Namun seperti yang dituliskan dalam materi cemilan "Membangun Komunikasi Positif Orangtua-Anak"
Orangtua perlu ingat porsi yang cukup untuk menolong anak agar anak tetap dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan kemampuannya terus berkembang.
"Eh, mainan Bilal berserakan ini di lantai. Tadi Bilal lupa beresin ya sebelum (keluar) main sama teman?"Bilal cuma senyum-senyum
"Mainan Bilal berserakan di lantai. Kalo keinjak licin..kalo licin kita bisa kenapa?"
"Bisa jatuh..hehe..", jawabnya sambil memperagakan dia terpeleset 😅
"Biar mainannya tidak berantakan, seharusnya bagaimana ya?"
"Kitaa..mmm..NYANYIIII", jawab Bilal lanntang sambil mengangkat kedua tangannya
Wkwkwk..saya jadi ketawa deh 😂
"Nyanyi beres-bereskan, Bunda..ayo..", sambung Bilal.
"Baiik.."Lalu kita mulai nyanyi sambil membereskan mainan 😊.
*(Bilal lagi senang menyanyi lagu beres-beres. Jadi kalo diajak membereskan mainan biasanya sambil nyanyi, hehe.).
#Hari10
#GameLevel1
#Tantangan10hari
#KomunikasiProduktif
#Kuliahbunsayip
0 komentar:
Posting Komentar