Kamis, 09 November 2017

Komunikasi Produktif [Hari 8] : Jelas Memberikan Pujian


"Bundaaa..aku hebat", seru Bilal.
Saya masih sibuk memindahkan tanaman ke polybag ketika itu.
"Bilal hebat karena apa?",tanyaku
"Mmmm..karena...Bundaaaa..aku keren"
"Keren kenapa", tanyaku lagi. 

Kuhentikan sejenak aktifitasku agar bisa hadir saat Bilal berbicara.
"Karena...aku bisa ambil tangganya, aku tinggi"
"Ooh. begitu yaa.. "
Bilal berdiri di jendela, bermain-main mau gapai tangga yang bersandar di dinding
"Wiih..Bilal, tangganya itu kalo didorong bisa jatuh, hati-hati"
"Bilal tinggi sekali..hati-hati ya"
"Iyaa..aku pegang erat-erat yaa, bunda", kata Bilal
Foto Bilal minta difoto "kekerenannya" 😊

Kebiasaan nih Bilal dengar kata pujian dari orang lain,hehe. . Dia sendiri selalu menyebut dirinya "aku keren, aku hebat".
Sering juga saya gunakan kata itu jika dia tidak mau melakukan sesuatu. Beberapa hari lalu misalnya, tidak mau pakai baju. Kujelaskan bahwa pakai baju itu "keren"..kita jadi tidak kedinginan.

Tentang memuji anak, saya pun selalu hati-hati..jangan sampai terbesit kekaguman berlebih terhadap anak sendiri. Ketika ada yang memuji Bilal, dalam hati kuucap masya Allah..semoga ucapannya menjadi doa, bukan malah menimbulkan penyakit 'ain.

Lalu boleh nda sih kita memuji? Tentu saja boleh..bahkan Rasullullah pun suka memuji. Namun tidak berlebihan. Pujian yang beliau berikan diikuti anjuran untuk melakukan amalan baik.

Kalau kaitannya dengan komunikasi produktif, memuji maupun kritik harus dilakukan dengan jelas. Pujian yang diberikan baiknya yang membantu anak berpikir bahwa apa yang dilakukannya itu sudah benar.

Tadi sore contohnya, Bilal dan teman-temannya makan coklat di rumah. Selesai makan, temannya hanya menaruh bungkus coklat itu di lantai sambil melanjutkan membaca dan bermain. Bilal yang melihat itu inisiatif untuk mengambil.
"Bunda..ini bungkus coklat teman..",katanya memperlihatkan pada saya lalu menuju tempat sampah untuk dibuang.

Saya tersenyum, kudekati Bilal lalu memuji "waah..Bilal inisiatif sekali. Mau buang sampah ke tempat sampah..makasih ya Bilal"
"Sama-sama bunda",jawabnya sambil senyum-senyum.

Seumuran Bilal (2,5 tahun) ini sepertinya memang masanya ya..ingin merasa penting dan dihargai.
Dengan pujian anak jadi merasa percaya diri. Maka memuji harus dengan cara yang tepat, pada waktu dan tempat yang tepat.
Nda baik juga kayaknya..kalo terlalu sering diobral,karena yang mestinya dipuji adalah perilakunya, bukan semata-mata dipuji pintar, hebat, cakep tanpa melakukan apa-apa.

Kemarin di WAG Mr.Bunsay 3 jatimsel kami diskusi pendek juga tentang memuji ini.
Memuji yang tidak disertai alasan bisa disamakan dengan melabeli anak. Melabeli cakep,pintar atau baik misalnya.
Karena sering dibilang cakep, ketika di lingkungan yang berbeda..bukan lagi di lingkungan keluarga yang selalu memujinya, anak bisa jadi tidak percaya diri.
Sering dilabeli anak pintar. Juga bisa membuat anak berhenti mencari tantangan, karena takut kehilangan pujian ketika suatu saat gagal.
Dilabeli anak baik terus..jadi takut ketika berbuat kesalahan, padahal itu manusiawi.

Pujian yang baik menghasilkan komunikasi produktif, kan? Anak jadi bisa membedakan perilaku yang baik dan buruk. Bisa semangat juga melakukan hal-hal baik.

Latihan kami hari ini:
  • Menggunakan kalimat positif, dengan ringkas dan jelas
  • Menunjukkan ketertarikan dan perhatian ketika anak berbicara
  • Intonasi dan raut wajah yang ramah 
  • Jelas dalam memberikan pujian

#Hari8
#Gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayip
Share:

0 komentar:

Posting Komentar