Senin, 13 April 2020

Komunikasi Produktif (Tantangan Hari 21/30)

Hari ini komunikasi dengan anak berjalan lancar, tidak ada "ngegas" dan mengomel, seharian kami main dan membaca bersama..
sampai..tadi sore, ketika saya izinkan Bilal keluar main.

Awalnya saya ikut mendampingi main di luar. Beberapa lama kemudian adik Amanah rewel, jadi saya bawa masuk rumah sekalian mandi sore. Tidak lama, Bilal pulang dengan menangis.

Rupanya habis terjatuh karena diajarin silat dengan teman, katanya.
Yang pertama saya lakukan memeluknya, mencoba menenangkan. Tapi makin besar suara nangis Bilal.
Saya minta untuk dicuci dulu lukanya, dan dia menurut.

Lalu saya izin untuk mengompres dengan es, karena kelihatan bengkak  , juga ada luka gores sedikit.

Bilal mengizinkan awalnya.
Namun ketika saya sudah datang membawa es batu dan minyak tawon, Bilal menangis menolak.

Saya bujuk agar mau diobati.
Pelan-pelan saya kompres, dia makin nangis.
"Sakit ya? Maaf ya.. tahan sebentar ini biar ga bengkak"

Tangis Bilal makin keras.
Dan bertambah kencang ketika saya beri minyak.
"Bunda..bunda...jangan kasi obat cair. Sakiiit...makin sakit..."

Yasudah saya hentikan.
Tapi nangisnya makin kencang dan teriak-teriak
"Bunda..sakiiit...makin sakit...maaaakiin..saaaakiit", Bilal teriak meraung-raung.
Adiknya sampai ikutan nangis kencang juga. Itu membuat saya pusing.

Karena Amanah juga rewel minta menyusu, saya memilih  masuk ke kamar sebelah dan menguncinya agar Bilal tidak ikutan masuk dan teriak-teriak menambah nangis adiknya.

Saya biarkan Bilal di kamar teriak-teriak sendiri.
Pusing sekali mendengar teriakannya yang makin lama makin kencang.
Itu teriakan paling kencang yang pernah kudengar dari Bilal, kurasa 😖.

Saya kesal karena teriakannya makin kencang dan kata-kata yang dikeluarkan menurutku tadi terlalu dramatis 😔.

"Bunda...jangan kunci..jangan tinggalkan Bilal sendiri. Bilal sakit"

"Bunda lagi menyusui kak, Bilal tidak mau bunda bantu dan teriak-teriak jadi bunda masuk sini. Tunggu sebentar"

Saya minta dia menenangkan diri dulu, baru saya mau keluar menemani.
Tidak lama ternyata, nangisnya pun berhenti dan langsung minta peluk.

Hhhhhhfff..tadi itu saya kesal banget. Karena khawatir tetangga sebelah terganggu dengan teriakan Bilal, dan mengira saya melakukan macam-macam ke anak saya 😔.
Padahal...sebenarnya Bilal lebih butuh dipeluk daripada diobati 😔.

Meski menyadari itu, saya tetap ngambek dan bilang
"Bunda tidak mau bicara apa-apa kalau masih mendengar teriakan di rumah ini. Bunda diam saja."

Bilal minta maaf sambil bawa bunga kertas.
"Bunda, maafkan Bilal tadi sudah teriak-teriak."

Saya peluk Bilal. Hanya memeluk, tidak berkata apa-apa.

"Bilal lebih tenang kalau Bunda peluk, Bilal merasa lebih baik"
MasyaAllah..maafkan Bunda kak. Sebenarnya Bundalah yang tidak mengerti harus bagaimana membuat Bilal nyaman ketika sakit 😭.
Bahkan masih mikirin dugaan-dugaan tetangga, padahal anak sendiri lebih butuh diberi empati 😭.

Kami berjanji, tidak ada teriakan lagi.
Penghuni surga bicaranya lembut. Mari kita latihan bicara lembut, tidak ada teriakan lagi. Panda, Bunda, Bilal yaa..sama-sama belajar yaa..

Malamnya, sudah tidak terasa sakit lagi. Bahkan mau main loncat dan "ciat-ciat" sama Panda. Tapi diminta istirahat dulu dari main fisik malam ini.

"Ini sudah berhenti sakitnya, Panda. Bilal merasa lebih baik", kata Bilal menunjukkan lukanya ke Panda sambil tersenyum.
"Panda, ini tangan apa?"
"Ooh..tangan kiri. Mungkin..ini..Allah ingatkan Bilal. Bilal kan selalu diingaatkan Panda juga untuk makan-minum tangan kanan. 
Sekarang, tangan kiri Bilal sakit. Jadi memang harus pake tangan kanan", katanya Bilal panjang lebar ke Panda.

MasyaAllah..tabarakallah...air mata Bunda menetes lagi. Bilal sudah bisa mengambil hikmah dari suatu peristiwa 💕. Semoga cepat sembuh ya kak.

Badge latihan bunda hari ini masih "Need improvement"

Share:

0 komentar:

Posting Komentar